Jalan-Jalan Murah di Venesia Italia
Jalan-jalan murah di Venesia? Oh itu impian banyak orang. Venesia, kota ketiga yang saya kunjungi selama traveling di Italia. Saya mengunjunginya setelah banyak santai dan menikmati Pulau Sardinia. Nama Venesia yang sudah sangat masyhur bagi wisatawan membuat saya tertarik untuk mengunjunginya. Terlebih ketika mendengar julukan, Venesia kota di atas air, Venesia kota terapung, Venesia kota kanal, dan berbagai julukan lainnya, semakin menggoda saya datang.
Venesia atau Venezia adalah ibu kota region Veneto dan Provinsi Venezia. Republik Venesia pernah berdiri di kota ini dari abad ke-9 hingga ke-18. Venesia seperti Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari pulua-pulau. Ada 118 pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh kanal dan dihubungkan oleh lebih dari 400 jembatan.
Dari Genoa, kota pelabuhan di utara Italia, saya menumpang Flixbus menuju Venesia. Saya pikir bus ini akan langsung ke Venesia. Ternyata tidak. Flixbus menuju Milan lebih dulu, kemudian berganti bus untuk menuju Venesia. Artinya, saya kembali lagi ke Milan. Total perjalanan dengan Flixbus sekitar lima jam.
Bus tiba di Venezia Mestre, persis di depan Venezia Mestre Station, sekitar pukul 6 sore. Sudah petang, tapi matahari masih bersinar terang. Venezia Mestre ini bagian dari Venesia yang berada di daratan Italia. Saya memilih menginap di Venezia Mestre, tak jauh dari stasiun kereta, karena harga hostel dan hotel lebih murah dibanding di Pulau Venesia.
Namanya jalan-jalan murah di Venesia. Isi kantong saya tak sanggup membayar tarif kamar ratusan Euro per malam di Pulau Venesia. Sementara di Venezia Mestre masih ada kamar seharga puluhan Euro per malam. Transportasi dari dan ke dua tempat ini tidak jadi masalah. Ada kereta regional dan bus yang tersedia hingga tengah malam.
Suasana Venezia Mestre pun tidak begitu riuh dengan turis. Jadi cocok untuk istirahat. Saya menginap di hostel yang dikelola orang India. Hostel yang kecil tetapi bersih dan nyaman. Setiba di hotel, saya istirahat saja untuk menghemat tenaga. Menyiapkan diri untuk menjelajahi Venesia esok harinya.
Keliling Venezia
Venezia Mestre dan kota bersejarah Venesia yang berada di Pulau Venesia dihubungkan dengan Liberty Bridge atau Ponte della Liberta sepanjang 3.850 meter. Untuk menuju Venesia, bisa menumpang mobil, bus, atau kereta. Saya naik kereta regional dari stasiun Mestre tujuan stasiun Santa Lucia. Tiket bisa langsung dibeli di stasiun kereta. Di mesin penjualan tiket.
Perjalanan dengan kereta melalui jembatan, rasanya seperti meluncur di atas laut. Tak berapa lama, pulau-pulau Venesia dan bangunan-bangunan klasik terlihat. Warnanya kontras dengan air laut yang berwarna biru. Rasanya excited melihat kota yang tampak seperti mengapung di atas air.
Itu hanyalah pemandangan dari bagian luar Venesia. Belum bagian dalamnya. Saya semakin bersemangat dan bergegas turun dari kereta begitu sampai di stasiun Santa Lucia. Keluar dari stasiun kereta, tampak di depan mata Grand Canal dan perahu-perahu yang lalu lalang. Dengan latar Chiesa di San Simeone Piccolo. Gereja dengan kubah besar dan landmark di Grand Canal.
Kota Venesia dihuni sekitar 260.000 penduduk dan sekitar 55.000 orang tinggal di Cento Storico (historical city of Venesia). Kota kanal ini terkenal dengan sarana transportasi air, terutama gondola. Untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain penduduk setempat dan wisatawan naik vaporetto atau water bus.
Tiket harian vaporetto seharga 20 Euro yang berlaku selama 24 jam. Ada juga tiket 48 jam, 72 jam, dan 7 hari dengan harga 30 Euro, 40 Euro, dan 60 Euro. Sementara itu tiket yang berlaku selama 60 menit harganya 7 Euro. Tiket jenis ini membolehkan penumpang untuk berganti vaporetto asalkan menuju arah yang sama dalam waktu 60 menit. Tiket bisa dibeli di mesin tiket yang berada di dek atau secara online dan mesti divalidasi sebelum naik.
Meski kanal menjadi jalur utama, jalan kaki jadi pilihan lain untuk menjelajahi Venesia. Saya kemudian mulai melangkahkan kaki setelah santai sejenak di depan stasiun kereta. Tentunya sangat nyaman berjalan kaki karena tidak ada gangguan kendaraan bermotor. Banyak turis yang melakukannya. Beberapa yang bergerombol hingga jalan rasanya sempit.
Menyusuri kawasan bersejarah Venesia dengan jalan kaki punya sensasi tersendiri. Kadang menemui area yang sangat sepi di antara bangunan tua. Atau nyasar ke jalan buntu. Dan sering melintasi jembatan yang melengkung. Tetapi secara keseluruhan, pengalaman menjelajahi Venesia dengan berjalan kaki sangat menyenangkan dan seru.
Tempat Menarik di Venesia
Venesia punya sejarah yang panjang. Jadi objek wisata dan tempat menarik di sini adalah bangunan-bangunan klasik dan tata kotanya. Terutama karena banyaknya kanal dan jembatan. Suasana dan pemandangan grand canal saja sudah banyak menarik wisatawan. Apalagi menuyusuri kanal dengan gondola yang sangat terkenal itu.
Di depan stasiun kereta, ada area lapang dan ramai dengan turis yang duduk nongkrong sambil memandang kapal yang melintas di grand canal. Di grand canal itu juga berderet-deret verrovia, ferry terminal. Sejenak saya ikut duduk santai menyaksikan aktivitas orang-orang dan turis yang naik water bus.
Tak jauh dari situ, ada dua jembatan yang menarik didatangi. Ponte della Costituzione atau Constitution Bridge dan Ponte degli Scalzi, dua jembatan yang melintasi grand canal. Ponte della Costituzione jembatan yang modern dengan pijakan dan dinding terbuat dari kaca. Berdiri di atas jembatan yang melengkung panjang ini, sensasinya luar biasa.
Saat menikmati pemandangan, di bawah jembatan melintas perahu atau water bus. Pemandangan sekitarnya begitu mengagumkan. Bisa memandang ke tiga arah kanal. Paling memikat pemandangan grand canal ke arah Chiesa di San Simeone Piccolo. Air laut berwarna kehijauan dan perahu melintas membelah kanal menyisakan buih putih.
Begitu juga saat berdiri di atas Ponte degli Scalzi. Jembatan lengkung batu ini membentang di atas Grand Canal antara Santa Croce dan Cannaregio. Jembatan yang selesai dibangun tahun 1934 ini tidak begitu menarik, tapi berdiri di atasnya menimbulkan sensasi sendiri. Ya itu tadi, karena melintasi grand canal dan pemandangan dari atas jembatan memesona.
Dari Ponte degli Scalzi ini kemudian saya meneruskan langkah mengarah ke Ponte di Rialto. Sepanjang jalan, banyak bangunan klasik dan bersejarah, toko souvenir, kafe, dan jembatan. Beberapa yang menarik dilihat seperti Chiesa di San Geremia, gereja dari abad 18, Ponte delle Guglie yang bersejarah, Campo del Ghetto Nuovo, dan Galleria Giorgio Franchetti alla Ca’ d’Oro.
Karena banyak hal-hal menarik yang terlihat, perjalanan tidak terasa sudah sampai di Ponte di Rialto atau Rialto Bridge. Jembatan dari abad 16 ini salah satu jembatan yang terkenal di Venesia. Jembatan permanen pertama di Venesia yang dibangun untuk melewati grand canal. Menghubungkan dua jalan yang paling ramai di kota, yaitu San Marco ke San Polo.
Keindahan jembatan ini banyak diabadikan para seniman lewat lukisan dan menjadikannya sebagai lokasi terbaik untuk melukis. Di jembatan ini turis benar-benar tumpah ruah. Berjejalan di atas jembatan untuk mengabadikan keindahannya. Apalagi banyak pedagang dan deretan toko yang menjual pernak-pernik lucu khas kota Venice yang terbilang murah dan terjangkau.
Begitu sesaknya pengunjung, sulit berfoto selfie sekalipun. Saya yang tubuhnya petit, serasa berada di antara ketiak orang-orang. Saya pun tak bertahan lama di sini dan mencari tempat yang lebih sepi. Dan menemukan San Giacomo di Rialto, gereja di sestiere San Polo. Gereja bergaya gotik ini tidak begitu besar. Di atas pintu masuknya ada jam besar dari abad 15.
Di depannya, ada alun-alun kecil. Di tengah alun-alun itu ada water fontain dan bisa diminum langsung. Di sini banyak turis juga tetapi tidak seramai di Rialto Bridge. Saya duduk seperti beberapa turis lainnya dan mengisi perut yang sudah lapar. Sambil makan, saya menyaksikan turis yang lalu lalang. Ada yang singgah sekadar melepas dahaga. Beberapa turis juga bermain di alun-alun itu dan memberi makan burung merpati.
Tempat lainnya yang ramai didatangi wisatawan adalah Piazza San Marco atau dalam bahasa Inggris St Mark’s Square. Ini alun-alun umum utama di Venesia. Alun-alun ini dikelilingi bangunan bangunan bersejarah yang menjadi objek wisata di Venesia. Di situ ada St Mark’s Basilica, gereja katedral dari Keuskupan Agung Katolik Roma Venesia, Doge’s Palace atau Istana Doge yang dibangun dengan gaya Venesia Gotik, dan salah satu landmark utama kota Venesia, Museo Correr, St Mark’s Clocktower, dan Bridge of Sighs.
Saat berlibur di kota Venice tak lengkap rasanya jika tidak merasakan sensasi naik Gondola. Biasanya Gondola berlayar ke kanal-kanal kecil di bagian dalam kota Venice dan melewati Grand Canal serta Rialto Bridge. Tarif menaiki Gondola ini relatif mahal, 80 Euro, untuk lama waktu perjalanan sekitar 40 menit. Satu gondola diisi maksimal 6 orang. Demi melihat tarifnya, saya langsung mundur pelan-pelan.
Cukuplah menyaksikan para tukang gondola yang mendorong gondolanya dengan tongkat panjang. Yang juga menarik dengan tukang gondola ini adalah kaosnya yang motifnya sama. Garis-garis putih dan hitam. Hati-hati kalau memotret mereka, ada yang sensitif dan marah. Saya sempat dimarahi karena memotret dan selfie dengan latar mereka sedang membawa turis.
Saya pun kabur sambil senyum-senyum pahit. Tetapi saya tidak kapok. Beberapa kali saya memotret mereka ketika posisinya membelakangi. Atau saya memotretnya dari jauh di atas jembatan. Berburu foto mereka juga punya keseruan sendiri. Bahkan saat kembali ke grand canal di depan stasiun kereta, saya masih berburu foto mereka. Saya duduk di depan San Simeone Piccolo dan memotret hingga sore. (bersambung)
(812)
Keren
Mungkin suatu waktu bisa jalan bareng
Terima kasih. Kenapa tidak kalo cocok tujuannya. Tapi saya gak suka jalan rame-rame. Maksimal 2 orang kalo ke luar negeri 🙂
Tksh kak..sy memang lg cari info ke Venice.banyak yg posting tp gak jelas.ini info yg sy cari,ternyata dr mestre kita naik kereta ke stasiun santa lucia ya kak? Tksh sekali lg kak
Iya, ini kayak komuter meski keretanya kereta lokal.