Perjalanan ke Eropa; Brussel, Ya Manneken Pis!
Kereta sudah tiba di stasiun di Brussel. Tetapi saya tak langsung turun. Sebab kereta singgah di beberapa stasiun. Pertama di Brussel Noord atau stasiun utara, kemudian di Brussel Centraal, dan terakhir di Brussel Zuid atau Bruxels Midi atau Stasiun Selatan. Belgia menggunakan dua bahasa utama, Belanda dan Perancis. Jadi setiap tempat menggunakan dua bahasa itu.
Saya turun di Brussel Centraal karena teman saya di Brussel menjemput di situ. Saat saya tiba, ia masih di rumah. Jadi saya harus menunggu. Sekitar pukul 21:30, teman saya datang dan membawa ke rumahnya yang ditempuh sekitar 20 menit dengan mobil. Teman saya langsung memasak begitu tiba di rumah untuk makan malam. Usai makan malam, saya istirahat karena masih capek setelah bersepeda dan banyak jalan kaki di Amsterdan dan Antwerp.
Di Brussel, seharian saya mengunjungi objek wisata. Di Brussel ini saya bertemu teman baru dari Korea Selatan. Kami bertemu di apartemen teman, karena nginap bersama-sama. Jadi kami mengeksplorasi Kota Brussels bersama-sama juga. Kami mulai di Flea Market. Pasar barang-barang bekas atau second hand. Semua barang bisa ditemui di sini. Mulai gunting second hand, baju, sampai, peralatan dapur. Tak jauh dari pasar yang ramai itu kami ke gedung Law Courts of Brussels. Salah satu bangunan terbesar di Eropa yang dibangun pada abad 17. Di depan gedung itu lah saya menjumpai komunitas muslim Belgia berunjukrasa.
Selama menjelajahi Brussel saya tak perlu banyak jalan kaki karena teman mengantar dengan mobilnya. Kami ke taman kecil yang indah dengan patung-patung berbeda yang mengelilingi. Di dalamnya juga ada sejumlah patung orang penting Belgia dari abad 15. Hanya sebentar di sini, lalu kami mengunjungi Royal Palace dan Arch The Triumph. Gerbang kota yang terinspirasi dengan gerbang kemenangan yang ada di Paris. Kiri kanannya adalah museum tentara dan museum dirgantara. Kami sampai ke puncak Arch The Triumph dan menyaksikan keindahan Brussel dari ketinggian. Tak lupa melihat isi museum setelah dari puncak Arch The Triumph.
Grand Place
Brussels kota yang indah dengan bangunan-bangunan bersejarah. Di ibukota Eropa dan sekretariat Benelux (Belgium, Netherland, and Luxemburg) ini semuanya asik untuk didatangi. Paling menarik turis adalah Grand Place. Di papan penunjuk memang tertulis Grand Place, awalnya saya mengira tertulis Grand Palace. Grand Place atau Gote Markt dalam bahasa Belanda adalah alun-alun kota. Di Amsterdam, Belanda, alun-alun kota disebut Dam Square. Alun-alun kota yang dikelilingi gedung-gedung tua bersejarah, termasuk Town Hall. Turis menyemut di sini. Berfoto atau duduk-duduk menikmati keindahan bangunan yang fasadnya sangat detil dan rumit itu.
Ketika berkunjung ke Brussel, kulinernya juga banyak diburu turis. Selain cokelat, ada wafel yang sangat enak. Kafe dan restoran yang menyediakan wafel mudah di dapat karena bertebaran di mana-mana di sekitar Grand Place. Turis ramai di depan kafe membeli camilan ini. Bahkan sampai antri. Tapi saya tak perlu antri karena teman yang membelikan. Saya hanya menunggu sambil mengamati orang-orang yang ramai di alun-alun.
Tiba-tiba, teman datang dan menyodorkan wafel. Saya menikmati sepotong wafel hangat seharga 1 euro sembari menuju ikon Brussel lainnya. Namanya Manneken Pis. Manneken Pis adalah patung anak kecil yang sedang kencing. Letaknya di perempatan jalan kecil dan dipasang di pojok dinding bangunan. Di sudut pertemuan jalan Rue de Chene dan Rue de l’Etuve.
Jangan membayangkan patung ini berukuran besar. Ketika melihat wujud aslinya, ternyata ukurannya sangat kecil. Ukuran boneka, kira-kira 61 sentimeter. Meski imut tetapi banyak menarik turis untuk datang melihatnya. Turis berebutan di depannya untuk berfoto. Saya yang tak tinggi-tinggi amat, kesulitan mendapatkan momen yang baik karena jarang kosong. Kalau teman saya mau mengambil foto, terhalang orang-orang yang lebih tinggi.
Apa istimewanya patung ini? Sejarah lah dan cerita berbagai versi yang membuat patung ini menjadi ikon dan magnet bagi turis mancanegara. Salah satu versinya, ada anak kecil dengan beraninya mengencingi bom sehingga tidak jadi meledak. Karena ‘kepahlawanannya’ itu si bocah dibuatkan patungnya sebagai penghargaan.
Tetapi versi cerita teman saya, patung itu adalah anak seorang bangsawan. Katanya, si bocah hilang. Lalu dicari-cari dan ditemukan sedang pipis di sudut jalan. Sebagai rasa syukurnya, orang tua si bocah kemudian membuatkan patungnya. Manneken pis dibuat pematung Jerome Duquesnoy pada tahun 1619. Ini untuk menggantikan patung aslinya dari batu yang sudah ada sejak 1388, tetapi hilang dicuri.
Selain Mannaken Pis, ternyata ada patung serupa lainnya. Patung bernama Jeanneke Pis ini pasangan pasangan Manneken Pis. Letaknya di sudut jalan lainnya. Untuk ke sana, harus melewati kafe-kafe. Tetapi Jeanneke Pis kalah pamor. Saat kami datang, tak banyak turis. Hanya hitungan jari. Tidak seperti pengunjung Manneken Pis yang ramai.
Atomium Brussel
Di hari lainnya, saya mengunjungi ikon Brussels lainnya, Atomium. Bentuknya unik dan futuristik yang seperti atom dan dibuat dari bahan aluminium. Itulah mengapa dinamai Atomium. Ada 9 bola baja raksasa disusun membentuk struktur inti sebuah kristal. Pengunjung bisa naik ke bagian tertinggi Atomium.
Untuk masuk dan naik hingga ke puncaknya harus membayar 11 euro untuk orang dewasa. Tetapi saya tidak perlu membayar karena punya kartu ‘sakti’. Dengan menunjukkan kartu pers, saya mendapat tiket gratis. Saya mendapatkan trik ini setelah seorang teman wartawan di Belgia menceritakan bahwa terkadang museum atau tempat wisata gratis bagi wartawan.
Saya pun naik ke puncak atomium, tetapi perlu menunggu lama karena antrian yang relatif panjang, sementara lift untuk menuju ke atas hanya satu. Sekitar 30 menit harus menunggu. Tapi rasa capek saat menunggu hilang ketika mencapai puncak Atomium. Di atas dek observasi itu, pemandangan kota Brussels tampak 380 derajat. Matahari yang tenggelam sekitar pukul 17.00 menjadi pemandangan menarik.
Setelah mengunjungi Atomium, perjalanan saya di Brussel pun selesai. Namun demikian, saya harus menunggu tengah malam. Sebab bus Eurolines yang akan saya tumpangi berangkat pukul 23.15 waktu Belgia. Jadi sembari menunggu waktu keberangkatan, saya sempatkan menikmati malam di Brussel dengan jalan-jalan di sekitar alun-alun kota dan mencari restoran yang menyajikan nasi.
Restoran Thailand-Vietnam saya datangi dan memesan nasi goreng dengan teh yang bersoda. Yah, kebanyakan minuman di Belgia bersoda. Bahkan teh sekalipun. Sampai pukul 22 malam saya menghasibkan waktu di restoran itu, kemudian menuju Brussels Nord Station.
Penumpang bus Eurolines harus check-in sebelum keberangkatan sehingga harus datang lebih awal. Meski check-in ternyata tempat duduk tak ditentukan sehingga penumpang pun berebutan kursi. Saya yang hampir belakang datang ke bus kebagian tempat duduk paling belakang. Duduk bersama dua orang kulit hitam di kiri-kanan dan satu bule. Bus pun berangkat tepat waktu menuju Berlin.***
(1027)
Enak betol gratis, boleh pinjam ga kartunya kalo aku ke yurop? 😛
Enak betol gratis, boleh pinjam ga kartunya kalo aku ke yurop?
Hahahaha, kartunya kan ada wajah pemiliknya 🙂
mas, ajak ajaklah keliling erop!
gila ya night viewnya bagus amat ini!
huhuh
dan itu tamanya, GOKIL!
coba jakarta ada green space sebanyak itu ya
pasti masih sejuk dah!
haha
Ayo aja! Bagus sih, cuma saya di sana pas lagi musim gugur jadi sering mendung. Kalo taman-taman di Eropa pasti menyenangkan dan bikin betah.
Aku suka banget ngeliat bentuk-bentuk bangunannya. Kotanya fotogenic ya 🙂
Kalo jago foto, pasti makin kece kelihatannya. Kalo saya, masih asal motretnya 🙂
Keren…. saya belum pernah ke Brussel karena mahal sekali kesana… hiks…hiks…
Saya kurang tau kalo Brussel itu mahal, soalnya saya gak keluar duit kayaknya selama di Brussel 🙂
Hadoh, cakep bener dah viewnya.
Enak ya bang kalo jadi wartawan bisa gratis gitu tiket masuknya hehe..
Ditunggu loh cerita berikutnya ^-^
Dari atas lebih bagus view-nya. Hahaha, kebetulan aja teman mengingatkan. hahahaha