Traveling ke Brasil, Eksplore Sao Paulo
Sao Paulo mungkin kalah populer dengan Rio de Jeneiro di Brasil bagi wisatawan. Karena Sao Paulo lebih menonjol wisata bisnisnya daripada wisata rekreasi. Tapi itu tak menjadi masalah bagi saya untuk mengunjunginya.
Saya menghabiskan waktu 12 jam dalam penerbangan untuk sampai di kota Sao Paulo. Penerbangan dengan British Airways dari Amsterdam, Belanda. Berangkat malam dan tiba pagi hari di Sao Paulo.
Tidak ada rasa lelah dan ngantuk karena saya cukup tidur selama penerbangan. Saat tiba pun tidak ada perasaan jetlag. Malah menikmati udara yang hangat. Suhu yang sangat berbeda ketika meninggalkan Amsterdam yang sedang musim dingin.
Berkunjung ke Brasil tidak butuh visa bagi pemegang paspor Indonesia. Jadi saat di konter imigrasi, saya hanya menyerahkan paspor. Petugas imigrasi pun tidak banyak bertanya. Hanya menanyakan berapa hari dan tinggal di mana selama di Brasil.
Mendengar jawaban saya, petugas imigrasi langsung memberi stempel di paspor. Yeah, dapat jatah 30 hari, walau rencananya saya hanya lima hari saja. Di konter bea cukai juga tidak ada masalah karena tidak ada yang perlu di-declare.
Di ruang kedatangan, saya mencari tempat duduk dan ATM untuk tarik tunai. Sebenarnya saya membawa dolar Amerika. Tetapi sayang banget kalau menukarkan uang seratus dollar atau lebih. Sementara saya tidak butuh uang sebanyak itu.
Saya tarik tunia 300 real Brasil saja atau kurang lebih 950 ribu Rupiah. Menurut hitung-hitungan saya, uang sebanyak itu sudah lebih dari cukup untuk perjalanan 5 hari di Sao Paulo. Untuk makan-minum dan bayar transportasi umum.
Dari bandara, saya menumpang bus bandara lalu menyambung dengan kereta ke pusat kota. Kota Sao Paulo adalah kota terbesar di Brasil dan belahan bumi selatan dan juga wilayah metropolitan terbesar ke-7 di dunia.
Kota ini merupakan ibu kota negara bagian Sao Paulo. Negara bagian dengan jumlah penduduk terbesar di Brasil. Jadi negara bagian Sao Paulo berbeda dengan kota Sao Paulo. Nama kota ini merupakan penghormatan kepada Santo Paulus.
Sao Paulo juga dikenal sebagai pusat bisnis dan pusat keuangan terbesar Brasil. Jadi biaya hidup di kota ini mirip-mirip di Jakarta. Suasana kotanya juga hampir mirip. Kereta yang saya tumpangi ke pusat kota pun mirip komuter di Jakarta.
Kebetulan saya mendapat penginapan yang persis di depan stasiun kereta kereta bawah tanah. Tak jauh dari museum seni Pinacoteca de Sao Paulo dan taman Parque Jardim da Luz. Masuk area Centro Histórico de São Paulo.
Area ini pusat sejarah seperti kawasan kota tua Jakarta. Menarik sekaligus agak-agak menyeramkan. Karena suasananya yang agak kumuh meski banyak bangunan modern dan bersejarah di sekitarnya. Apalagi mengingat tingkat kriminalitas di Sao Paulo yang tinggi.
Di kota Santa Paul ini saya menyiapkan waktu tiga hari untuk mengeksplore tempat-tempat menarik dan tersembunyi. Sementara dua hari lainnya di kota kecil bernama Mogi Mirim. Kota kecil ini masih masuk wilayah provinsi Sao Paulo.
Saya lebih dulu mengeksplore Mogi Mirim, lalu kembali lagi ke kota Sao Paulo pada hari ketiga di Brasil. Di kota ini tidak ada yang membuat saya canggung karena kemiripannya dengan Jakarta. Suasananya hidup dan orang terlihat di mana-mana.
Seperti kebiasan saya saat traveling, mengunjungi pasar tak boleh ketinggalan. Pasar di kota Sao Paulo ini sudah saya incar sebelum tiba di Brasil karena melihat foto-fotonya di internet. Vibes-nya berbeda dengan pasar-pasar di Indonesia.
Nama pasarnya Mercado Municipal de São Paulo. Lokasinya tidak begitu jauh dari penginapan dan bisa dijangkau dengan jalan kaki. Pasar yang dibuka tahun 1933 ini selalu ramai pengunjung tiap hari. Bahkan ramai turis yang ingin menikmati suasana dan makanan.
Pasar Sao Paulo ini menyediakan aneka buah, sayur, daging, rempah-rempah, makanan khas Brasil, hingga kerajinan tangan. Lebih dari 300 kios dan 1.500 pekerja meramaikan pasar ini setiap harinya. Termasuk coffee shop dan pujasera yang berada di lantai dua.
Pasarnya bersih dan tertata. Tidak ada becek-becek dan bau tak sedap. Pokoknya enak melihatnya. Apalagi melihat bangunannya. Kesannya eksotik. Kaca patri yang menghiasi dinding menambah kesan cantik pada pasar ini.
Lebih dari satu jam saya menghabisakn waktu di sini. Lalu keluar dan menuju Rua 25 de Marco. Ini kawasan belanja terbesar di Amerika Latin. Mulai pasar jalanan, toko, sampai retail berada di area ini. Bayangkan, ratusan ribu orang tumplek tiap hari di sini.
Saya saja kaget lihat sebegitu banyak orang dalam waktu bersamaan yang datang belanja. Jalanan ini padat dan sangat sibuk. Saya hanya melihat-lihat saja dari pertigaan jalan karena khawatir terhanyut dan tersesat di antara lautan manusia.
Tidak berlama-lama di sini, saya jalan menuju São Paulo Cathedral. Sepanjang jalan ke São Paulo Cathedral, saya menemukan banyak bangunan-bangunan indah dengan desain klasik. Ada beberapa yang jadi museum seperti Museu Catavento dan College Pateo.
Juga museum Solar da Marquesa de Santos dan Caixa Cultural São Paulo. Tak kalah cantiknya bangunan Secretaria da Justiça e Cidadania do Estado de São Paulo. Ini kantor pemerintah. Menjulang tiga lantai dengan megahnya di antara bangunan lainnya.
Mendekati katedral saya menemukan Marco Zero de São Paulo. Titik nol kota Sao Paulo. Di sekitar katedral juga ramai orang. Dari jauh, menara katedral sudah terlihat. Katedralnya cantik. Pohon palem yang berjejer menuju katedral menambah indah.
Di sampingnya, ada taman dengan monumen di tengahnya. Tetapi saya tidak tertarik mendatanginya karena banyak orang-orang tunawisma. Bahkan dari Marco Zero de São Paulo hingga sekitar katedral ada saja tunawisma.
Masuk ke gereja besar ini tersedia tur dengan guide. Per orang bayar 60 Real. Bergaya neogotik, gereja ini dilapisi marmer megah dan jendela warna-warni di dalamnya. Bahkan, ukiran gereja ini juga bergambar biji kopi dan hewan khas Brasil.
Katedral ini salah satu yang tertua di dunia. Mulai dibangun tahun 1913 hingga hingga 1967. Bisa menampung 8 ribu orang, sehingga gereja ini terbesar di Sao Paulo. Ini terdaftar sebagai sepuluh tempat teratas untuk dikunjungi di Sao Paulo. Jadi kunjungi jika ke Sao Paulo! (*)
(170)
One Comment