Santai di Sardinia, Pulau Indah di Italia
Indonesia punya Pulau Bali yang terkenal dengan pantainya yang indah, Italia juga punya Pulau Sardinia. Sardinia terletak di antara Italia, Spanyol dan Tunisia. Ke pulau di laut mediterania inilah saya melanjutnya perjalanan setelah mengunjungi Milan pada awal musim semi.
Sardinia bisa dijangkau dengan naik pesawat dari Kota Roma atau dari Milan dan mendarat di Cagliari. Bisa juga dari Milan ke Alghero. Penerbangan ditempuh lebih dari 1 jam. Tapi saya tidak menggunakan pesawat karena tujuan saya bukan ke Cagliari yang terletak di ujung selatan Sardinia.
Tujuan saya Sassari yang berada di ujung utara Sardinia. Sassari salah satu provinsi dan sekaligus nama kota. Bandara terdekat dari kota Sassari berada di Alghero. Harga tiket pesawatnya saat itu kisaran 53 Euro. Saat cek jadwal kapal feri Genoa ke Sardinia, harganya lebih murah sedikit.
Ada beberapa rute kapal feri ke Sardinia. Karena saya dari Milan, rute paling pas berangkatnya dari Genoa. Saya pun membeli tiket kapal feri ke Sardinia, rute Genoa-Porto Torres yang dioperasikan Tirrenia seharga 46,01 Euro dan tiket kembali 47,77 Euro. Alasan saya lebih memilih menumpang kapal feri karena ingin merasakan perjalanan laut di Eropa.
Kapal feri berangkat 8.30 malam, tapi saya sudah berada di pelabuhan sejak siang. Di Pelabuhan Genoa, penumpang harus melapor dulu sebelum naik kapal. Di boarding gate penumpang diminta menunjukkan tiket dan kartu pengenal atau paspor. Untuk orang lokal cukup menunjukkan kartu pengenal, sementara turis asing harus menunjukkan paspor. Tidak banyak penumpang, jadi antrean tidak panjang.
Saya pikir kapal feri ini seperti kapal feri di Indonesia yang ukurannya kecil dan hanya membawa orang. Ternyata kapalnya sangat besar dan juga mengangkut kendaraan. Lebih mirip kapal Pelni. Saat masuk kapal, saya agak terkejut karena tangga ke kabin bukan tangga biasa. Tapi eskalator. Sampai di kabin saya lebih terkejut lagi. Ada lobi yang tampak mewah dan staf yang menyambut penumpang.
Penumpang harus check in seperti saat mau masuk hotel. Saya check in dan diberitahu letak ruang sesuai harga tiket yang dibeli. Tiket yang saya beli itu yang paling murah. Dapatnya ruang besar dengan ratusan kursi. Jadi tempat duduknya berdasarkan nomor kursi. Sementara penumpang yang membeli tiket dengan harga mahal mendapat kamar.
Untungnya penumpang sedikit. Dalam ruang yang berisi ratusan kursi, penumpangnya bisa dihitung jari. Saya bebas menguasai tiga baris kursi dan bisa selonjoran. Bahkan ada penumpang yang menggelar sleeping bag dan duduk lesehan di bagian belakang. Saya ikut membentang kain di depan kursi untuk tidur nantinya.
Perjalanan dengan kapal feri ini relatif lama. Sekitar 12 jam. Saya memanfaatkannya untuk menjelajahi kapal. Di kapal tersedia beragam hiburan. Bahkan untuk anak-anak. Tersedia juga restoran. Harganya makanannya tidak murah buat kantong backpacker. Untungnya saya sudah menyediakan bekal sebelum naik kapal.
Tiba di Pulau Sardinia
Pulau Sardinia region otonomi Italia. Ibukotanya Cagliari. Region ini terbagi menjadi satu kota metropolitan dan tujuh provinsi: Cagliari, Sassari, Nuoro, Oristano, dan Sardinia Selatan. Dari segi jumlah penduduk, Sassari provinsi terbesar kedua setelah Cagliari.
Kapal feri yang saya tumpangi tiba di Porto Torres pukul 8.30 pagi setelah perjalanan sekitar 12 jam. Pelabuhan ini di utara Sassari. Dari dermaga, penumpang diangkut dengan minivan ke terminal feri. Di terminal feri, teman saya sudah menunggu. Begitu turun dari minivan, kami langsung ke halte bus.
Kata teman saya, pulau Sardinia tujuan wisata kalangan jetset. Sardinia masuk dalam daftar destinasi honeymoon favorit turis di Italia. Cristiano Ronaldo dan kekasihnya pernah menikmati liburan di pulau ini. Mendengar cerita itu, saya semakin penasaran dan bersemangat menjelajahi sebagian dari pulau ini.
Pantai-pantai Sardinia memang dikenal sebagai pantai terbaik di dunia. Pantai La Pelosa salah satu pantai paling terkenal di dunia. Saking indahnya, pasir pantai di Sardinia sangat dijaga dan tidak boleh dibawa pulang. Jika ada turis yang membawa pulang akan dikenakan denda atau penjara.
Pantai salah satu yang saya rindukan setelah berbulan-bulan traveling di Eropa dan Amerika Selatan. Di Sassari pun ada pantai yang berpasir putih. Tetapi saya ingin lebih dulu menikmati suasana pedesaan Sardinia. Rumah teman saya yang juga guesthouse terletak San Govanni. Pedesaan yang berada di antara kota Porto Torres dan kota Sassari.
Suasana pedesaan khas Eropa sangat kental. Banyak padang rumput. Rumah dan bangunan lainnya berjarak. Tapi di sini sangat khas dengan kebun olive atau zaitun. Di halaman rumah warga yang luas pasti ada tanaman pohon olive. Di rumah teman saya juga berderet-deret pohon olive di halaman depan dan belakang. Pemandangan itu membuat saya langsung jatuh cinta.
Hari pertama saya sudah menikmati suasana dan ketenangannya. Duduk santai atau tidur di antara pohon olive menggunakan hammock. Saking menikmati, saya malas ke mana-mana lagi. Bahkan saat diajak ke pusat kota, saya memilih di rumah saja. Setelah berhari-hari baru lah saya muncul keinginan melihat kota Sassari.
Dari San Giovanni, kami naik bus ke pusat kota. Untuk naik bus harus beli tiket dulu di kios dekat halte. Di atas bus, tiket harus divalidasi di mesin yang tersedia. Jadi tiket yang sudah dilubangi tidak akan bisa digunakan lagi. Dari rumah teman ke pusat kota tidak begitu jauh. Hanya sekitar 15 menit perjalanan.
Tempat Menarik di Sassari
Sassari ini salah satu kota kuno di Sardinia. Kota yang kaya seni, budaya, dan sejarah, dan terkenal dengan palazzi-nya dan arsitektur neoklasiknya yang elegan. Selain di museum, seni, budaya, dan sejarahnya bisa dilihat pada bangunan-bangunan yang ada seperti istana, gereja, dan taman.
Air Mancur Rosello salah satunya yang dibangun tahun 1606 oleh pengrajin Genoa. Air Mancur ini dianggap sebagai simbol kota. Terletak di ujung lembah Rosello di sebelah distrik kota kuno. Lalu Cimitero Comunale di Sassari (Pemakaman Sassari) dibuka pada 1837. Lokasinya di pinggiran pusat kota, di sebelah barat stasiun kereta api utama.
Sementara di pusat kota sangat banyak yang bisa dikunjungi. Kami mulai dari taman kota, Giardini Pubblici. Di taman ramai orang sedang beraktivitas. Terutama anak sekolah. Di samping taman yang luas inilah bus datang dan pergi. Jadi banyak anak-anak sekolah yang bercengkrama sambil menunggu bus.
Dari Giardini Pubblici kami ke Piazza d’Italia. Ruang terbuka dari abad ke-19 ini adalah alun-alun utama di Sassari. Dikelilingi bangunan-bangunan menarik seperti Palazzo Giordano yang bergaya neo-gothic dan Palazzo della Provincia atau Palace of Sassari Province yang neoklasik, di mana apartemen kerajaan kuno dari House of Savoy pernah berada.
Kemudian ada Teatro Verdi, gedung opera dan teater untuk konser dan drama. Ke sana lagi, Palazzo Ducale atau Istana Ducal. Dibangun untuk Adipati Asinara pada abad ke-18 atau antara tahun 1775-1806. Sekarang menjadi Balai Kota.
Tak jauh dari situ, ada Palazzo Manca di Usini. Salah satu bangunan renaissance pertama yang dibangun di Sardinia. Bangunan kuno dari abad ke-16 ini terletak di Piazza Tola. Sekarang menjadi tempat perpustakaan umum, karena itu terbuka untuk kunjungan publik.
Bagi yang suka wisata reliji ada beberapa gereja dan katedral di sini. Salah satunya, Katedral Saint Nicholas. Dibangun pada abad ke-13. Fasad depan katedral ini menampilkan gaya Romawi, tetapi strukturnya juga menampilkan elemen desain lain termasuk Gotik dan Barok. Ada sebuah monumen untuk Duca di Moriana di dalamnya. Menara loncengnya bergaya Romawi.
Yang patut juga didatangi adalah Corso Vittorio Emanuele. Ini adalah jalan utama kota abad pertengahan. Dikelilingi oleh bangunan-bangunan menarik dari berbagai zaman, seperti Catalan gothic yang biasa disebut House of Re Enzo, gereja barok Sant ‘Andrea, yang dibangun oleh Komunitas Korsika, Teatro Civico atau Civic Theatre neoklasik dan Palazzo Quesada atau Istana Quesada.
Seperti kota kuno lainnya, Sasari juga dikelilingi tembok. Tembok Kota Pisan atau tembok kota kuno yang pada abad ke-13 mengelilingi kota dengan 36 menara (saat ini hanya 6 menara), dan Kastil Catalan-Aragon bernama Castello di Sassari. Bangunan ini dihancurkan pada tahun 1877, yang reruntuhannya, termasuk beberapa kamar, ruang bawah tanah, dan bagian dari menara ditemukan kembali pada tahun 2008.
Sassari juga memiliki beberapa museum. Letaknya tak begitu berjauhan di distrik kota kuno. Diantaranya Museo nazionale Sanna, Museo Storico della Brigata Sassari, Museo etnografico Francesco Bande, dan Museo Sassari Arte (Mus’a) Pinacoteca al Canopoleno. Kami mendatangi Museo nazionale Sanna tapi hari itu ditutup. Entah karena apa.
Setelah dari pusat kota baru lah saya ingin bermain-main ke pantai. Rute bus ke San Giovanni kebetulan melewati Platamona. Platamona ini kawasan pantai di utara Sassari. Terletak di sepanjang Teluk Asinara, antara komune Sorso dan Porto Torres. Perjalanan dengan bus ke Platamona sekitar 15 menit. Saya singgah di Platamona, sementara teman saya pulang ke rumah.
Meski sudah sangat sore, tapi matahari masih terik. Karena matahari memang tenggelam sekitar jam delapan malam. Platamona ini pantai berpasir putih dan sebagian berkerang. Dikelilingi pagar kayu pinus laut dan pohon junipers yang berumur ribuan tahun. Ada laguna retro-dunal, tempat yang asyik untuk berlatih mengamati burung dan memancing.
Pantainya benar-benar asyik untuk berjemur, bermain pasir, dan berenang. Apalagi tidak banyak pengunjung. Rata-rata pengunjung lokal berjemur. Hanya saya turis seorang. Tapi tidak berjemur, apalagi berenang. Karena saya tak benar-benar siap mengunjungi pantai. Sama sekali tidak membawa pakaian renang dan kain.
Saya duduk santai saja beralas pasir, memandang laut yang biru dan deburan ombak. Suasananya yang tenang membuat otak segar. Awalnya baik-baik saja. Namun sinar matahari yang terik membuat saya tidak betah berlama-lama di pantai. Saya mencari pohon untuk berteduh. Tapi tidak ada di pantai. Saya memotret sebentar, lalu pulang.
Ada kejadian lucu saat mau pulang ke rumah teman saya. Bus yang saya tumpangi ternyata membawa kembali ke pusat kota. Sesampai di pusat kota, saya naik bus lagi yang menuju Platamona. Di Platamona, harus menyambung bus. Tapi sebenarnya tidak perlu turun karena bus yang menuju San Giovanni bus yang sama.
Saya malah turun dari bus dan naik ke bus lainnya yang sudah menunggu. Ternyata bus ini juga rutenya ke pusat kota. Akhirnya, di pertengahan jalan saya turun dan mencari bus yang menuju San Giovanni. Saya harus jalan kaki ke jalan besar yang dilalui bus rute San Govanni. Jalannya berkilo-kilometer.
Setiba di rumah teman menjelang malam kami langsung memmasak. Dia memasak pasta dan saya hanya membantu saja. Masaknya selesai cepat karena simpel. Sambil makan, dia bertanya kesan saya di pantai Platamona. Saya menceritakan kejadian di bus dan dia tertawa terbahak-bahak.
One Day Trip Alghero
Di hari berikutnya, saya ke Alghero. Kota yang masih bagian dari Provinsi Sassari. Sekitar 30 menit perjalanan dengan bus dari kota Sassari. Tiket sudah dibeli sehari sebelumnya jadi langsung berangkat saja. Saya pergi sendirian. Perjalanan tidak membosankan dan bus pun berhenti di samping taman Giardini La Lepanto Cecchini.
Dari taman di pusat kota ini, saya jalan kaki ke Porto di Alghero, tepi laut dan pelabuhan yang jadi pusat wisata. Banyak kapal-kapal yacht berlabuh di sini. Saya duduk di tepi pantai seperti turis lainnya, menikmati sinar matahari, sebelum menjelajahi kota berpenduduk 45 ribu orang ini.
Alghero terletak di pantai barat laut Sardinia, di sepanjang teluk yang dinamai dengan nama kota itu. Di utara daerah perkotaan, ada dataran Nurra, bagian barat laut, karst Capo Caccia, Punta Giglio dan Monte Doglia. Sementara bagian selatan dibingkai pegunungan dan dataran tinggi Villanova Monteleone dan Bosa.
Sebagian dari penduduknya adalah keturunan penakluk Katalan dari akhir Abad Pertengahan, ketika Sardinia bagian dari Kerajaan Aragon. Makanya bahasanya masih ada dialek Katalan. Yah Alghero bisa dibilang Italia rasa Spanyol.
Alghero terkenal dengan arsitektur bangunan Catalan Gothic, kota tua yang dikelilingi dinding dan pantainya yang indah. Bangunan-bangunan Catalan Gothic-nya meliputi Cattedrale di Santa Maria Immacolata atau Cathedral of the Immaculate Conception, dengan menara lonceng yang mengesankan, Palazzo Guillot dan Chiesa di San Francesco, sebuah gereja abad ke-14.
Tembok yang mengelilingi Alghero tidak hanya di daratan tapi juga di tepi laut. Benteng dengan beberapa bastion disudutnya ini jadi tempat memandang laut dan tempat makan. Menara kota juga berdiri di beberapa sudut, seperti yang terkenal Torre di Sulis o de l’Esperò Reial dan Torre di San Giovanni.
Saya mengunjungi tempat-tempat menarik dan bersejarah itu dengan berjalan kaki saja. Selain nyaman, jalanannya juga unik. Sebagian dilapisi bebatuan atau cobblestone. Rasanya sangat antusias mengunjungi dan melihat bagian demi bagian dari kota tua Alghero. Hingga sore menjelang saya menghabiskan waktu di Alghero.
Sepulang dari Alghero, saya kembali santai menikmati ketenangan di antara pepohonan olive. Memanjakan diri tanpa melakukan apa-apa. Bahkan hingga hari terakhir di Sassari. Yeah, saya punya waktu sehari lagi sebelum melanjutkan perjalanan ke Venice. (bersambung)
(542)
2 Comments