7 Tempat Wisata yang Mesti Dikunjungi di Nusa Penida
Pulau Nusa Penida tujuan wisata populer dan mesti dikunjungi jika liburan ke Bali. Pulau ini salah satu dari tiga nusa yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali. Banyak turis yang berkunjung hanya sehari atau menghabiskan beberapa hari untuk menjelajahi dan menikmati keindahannya.
Untuk ke Nusa Penida relatif sangat mudah. Dari Pulau Bali, bisa menyeberang dari Pelabuhan Sanur atau Padangbai. Namun yang terdekat dari pusat kota dan mudah dijangkau adalah Pelabuhan Sanur. Meski menawarkan keindahaan yang luar biasa dan mudah dijangkau, tetap saja saya belum punya keinginan ke sana walau sudah tiga kali ke Bali.
Kesempatan baru datang saat keempat kalinya merencanakan liburan ke Bali. Ini diniatkan banget supaya impian ke Nusa Penida tercapai. Saya berangkat ke Bali sebelum perayaan Nyepi dan kedua kalinya berturut-turut ke Bali saat momen Nyepi. Setiba di Bali, kondisi Bali belum pulih karena pandemi. Turis masih sepi.
Dari Bandara Ngurah Rai, saya langsung ke Kuta dan menginap semalam. Hari berikutnya barulah saya ke Nusa Penida. Sebelum berangkat, saya mencari motor rental untuk digunakan selama di Nusa Penida. Cek-cek di mbah Google, dapat satu yang bisa dihubungi lewat WhatsApp dan responnya cepat. Namanya Supi Tour Nusa Penida.
Saya pesan motor untuk beberapa hari dengan harga Rp70 ribu per hari. Motor akan diantarkan ke Pelabuhan Toyapakeh di Nusa Penida. Ternyata, selain rental motor juga menjual tiket penyeberangan ke Nusa Penida jadi sekalian saja pesan tiket fastboat. Harganya Rp75 ribu sekali jalan. Tiket bisa diambil saat di Pelabuhan Sanur. Sementara pembayaran saya transfer.
Urusan motor rental dan fastboat kelar, saya kemudian berangkat ke Pelabuhan Sanur dengan Gojek. Tarifnya lumayan, Rp40 ribuan. Di Pelabuhan Sanur, ada beberapa fastboat untuk ke Nusa Penida, Nusa Ceningan, dan Nusa Lembongan. Sebelum menyeberang dan sambil menunggu kapal, saya makan nasi jinggo di warung sepanjang Pantai Sanur.
Pemandangan di Pelabuhan Sanur menarik juga. Di sebelah kiri banyak perahu nelayan ditambatkan. Sementara sebelah kanan, pantai dengan pasir berwarna terang dan bersih. Dari pantai inilah penumpang kapal naik ke fastboat. Lokasi naik kapal ini bisa perpindah-pindah, tergantung waktu dan cuaca.
Sekitar pukul 13.30, fastboat yang saya tumpangi berangkat ke Nusa Penida. Perjalanan ditempuh kurang lebih 45 menit. Selama perjalanan, sudah terbayang tempat-tempat wisata yang ingin saya kunjungi. Sebelum berangkat ke Bali, saya memang sudah mencari referensi melalui mbah Google. Rute perjalanan sudah saya atur.
Tiba di Pelabuhan Toyapakeh, pemilik rental motor sudah menunggu. Jadi langsung serah terima. Motor saya cek kondisinya dan foto saat diterima buat jaga-jaga jika ada masalah di belakang. Saya tak berlama-lama di pelabuhan karena suhu yang panas. Dari pelabuhan, saya ke SPBU yang berada persis di jalan raya setelah keluar dari area pelabuhan.
Hari pertama di Nusa Penida, saya langsung geber motor ke arah Crystal Bay. Penginapan yang saya booking tidak jauh dari Crystal Bay. Malah dilewati jika ingin ke Crystal Bay. Jalan di Nusa Penida berkelok-kelok dan naik turun. Alamnya masih alami. Banyak hostel dan hotel yang menyatu dengan alam. Termasuk hostel yang saya booking.
Setelah jalan besar, jalan masuk ke hostel tidak beraspal. Seperti jalan setepak masuk kampung. Meski begitu, hostelnya bagus dan bersih. Ada kolam renangnya. Tamunya tidak banyak karena masih pandemi. Bisa dihitung jari. Bahkan kamar dormitori yang saya tempati, tamunya hanya saya.
Saya merencanakan tiga hari di Nusa Penida supaya bisa mengeksplore destinasi wisatanya dengan santai. Saya memulai dengan mengunjungi tempat wisata yang terdekat dari hostel. Kemudian yang terjauh. Sore-sore setelah sinar matahari mulai melemah, saya ke Crystal Bay.
Crystal Bay
Crystal Bay bentuknya seperti tapal kuda. Kedua ujungnya ada perbukitan. Pantainya yang tidak begitu panjang terbilang masih asli, karena belum banyak campur tangan manusia hingga saat ini. Airnya yang sangat jernih seperti kristal dan pasirnya yang bersih serta putih membuatnya semakin mempesona. Tak salah jika pantai ini disebut Crystal Beach.
Crystal Bay dan pantainya menghadap ke barat sehingga tempat yang tepat untuk melihat matahari terbenam. Dan matahari terbenam di sini sering kali tampak spektakuler.
Apalagi di tengah-tengah teluk itu, ada pulau karang bernama Batu Meiineng yang berjarak 50 meter dari pantai. Adanya pulau karang tersebut membuat pantai ini terlindungi secara alami dari ombak besar yang datang dan membuat nyaman untuk menunggu sunset sambil rebahan di pantai.
Kalau ingin menikmati alam bawah laut Nusa Penida, Crystal Bay adalah salah satu spot yang direkomendasikan untuk itu. Crystal Bay juga tempat terkenal untuk scuba diving maupun snorkeling. Jika ingin melihat keindahan Crystal Bay dari ketinggian juga bisa. Di ujung kiri pantai ada Crystal Bay Point. Dari bukit ini pemandangan keseluruhan Crystal Bay terlihat.
Tembeling Beach and Forest
Hari kedua di Nusa Penida, saya mendatangi tempat wisata yang relatif jauh, Tembeling Beach and Forest. Saya tidak menduga sebelumnya kalau akses masuk ke Tembeling Beach and Forest ini bakal sulit. Setelah belok dari jalan raya, kondisi jalan masuk Tembeling Beach and Forest berbatu-batu dan naik-turun. Sampingnya bukit dan jurang. Sesekali motor saya terpeleset karena licin.
Begitu sampai di mulut Tembeling Beach and Forest, masih harus menuruni tangga yang banyak untuk mencapai pantai. Jadi pantai ini tersembunyi karena diselimuti hutan perawan dan akses yang tidak mudah. Beberapa turis saya lihat tidak berani membawa kendaraan masuk dan memilih menyewa ojek yang tersedia di simpang jalan.
Setelah menuruni tangga yang berbelok, pantai dan kolam renang alami. Ternyata ada dua pantai kecil di sini. Kedua pantai itu dipisahkan bukit karang yang menjulang. Pemandangannya dijamin bikin terpukau. Hanya saja, hempasan ombak di pantai ini sangat kencang. Kalau duduk di tepi pantai niscaya bakal basah.
Saya sendiri mengalaminya. Karena terlanjur basah, saya mencoba berenang di Tembeling Spring, kolam pemandian alami dengan air yang sangat jernih. Jika tak ingin berenang, bisa duduk-duduk saja di tepian kolam dan memasukkan kaki ke air sembari menikmati pemandangan pantai.
Banah Cliff Point
Usai menikmati pesona Tembeling Beach and Forest, saya melanjutkan trip ke Banah Cliff Point. Seperti Tembeling Beach and Forest, akses ke Banah Cliff Point juga belum bagus. Harus melewati jalan tanah dan kebun warga. Saya sempat kesulitan menemukannya karena mengandalkan google maps. Saya akhirnya menemukan setelah mengikuti dua bule yang masuk semak-semak.
Banah Cliff Point atau Bukit Banah oleh penduduk setempat juga dipanggil sebagai nama pantai. Namun tempat ini sama sekali tidak memiliki sedikitpun pantai berpasir putih. Banah Cliff Point hanya menyajikan bentangan tebing dan batu berlubang saja sebagai ikonnya dan menjadi tempat favorit di Bali untuk menyaksikan panorama sunset.
Tebing batu kapur berbentuk separuh donat itu berdiri sendiri di tengah laut. Bukit tersebut meninggi hampir dua ratus meter dari permukaan laut dengan lubang ditengahnya. Deburan ombak sering hilir mudik melewati lubang tengah bukit yang makin menambah keindahan panoramanya. Dari bukit ini juga telihat Paluang Cliff dan Sarena Cliff.
Kelingking Beach
Inilah tempat paling terkenal di Pulau Nusa Penida. Hampir semua situs pariwisata seperti Tripadvisor menggunakan foto Kelingking Beach untuk mengilustrasikan Bali. Bahkan sering ditemukan di postingan Instagram para turis yang ke Bali. Saya juga akhirnya punya kesempatan mengabadikan Kelingking Beach yang biasa hanya saya lihat di Instagram.
Saya mencapai Kelingking Beach setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit dari Banah Cliff Point. Jalan ke Kelingking Beach sudah mulus. Disebut kelingking karena jalan masuk pantai berupa tebing dan bukit yang menjorok ke arah laut menyerupai kelingking.
Untuk turun ke pantai harus melewati tangga dan punggung bukit tebing. Jalan turun yang curam hingga 80 derajat bisa bikin jantung berdebar. Tetapi begitu sampai di bawah, pengunjung akan puas dan bisa menikmati pantai yang berpasir putih. Namaun, tidak banyak pengunjung yang berani turun. Apalagi mengingat jalan kembali ke atas yang harus menapak anak tangga yang curam.
Saya sempat turun hingga mendekati punggung bukit. Tetapi urung. Selain tangga yang curam, terik matahari terasa membakar membuat nyali saya ciut. Saya pun kembali ke atas dan menikmati pemandangan Kelingking Beach sepuasnya di pinggir tebing. Dari situ saja sudah membuat saya terhibur.
Broken Beach & Angel’s Billabong
Pantai Pasih Uug atau dikenal dengan nama Broken Beach merupakan tempat wisata yang terletak di Banjar Sumpang, Desa Bunga Mekar. Lokasinya dilewati ketika menuju Kelingking Beach. Hanya saja beda jalur. Bisa ke sini sebelum ke Kelingking Beach atau sebaliknya.
Pantai ini berada di dasar tebing yang berbentuk lingkaran. Runtuhnya sebagian tebing menciptakan nama Broken Beach. Bagian yang roboh berbentuk lingkaran. Laut menggali lengkungan di bagian tersempit lingkaran ini. Oleh karena itu, keseluruhannya tampak seperti teluk melingkar dengan lengkungan yang menjorok ke laut.
Lubang besar itu membuat air laut bisa masuk dan membuat pantainya seakan terkurung di antara tebing. Pemandangannya membuat mata terpesona. Agar benar-benar menikmati pengalaman tersebut, lebih baik tiba sebelum jam 11 pagi atau setelah jam 3 sore. Sayangnya, saat tiba, langit mendung. Sedikit kecewa karena tidak bisa melihat air laut yang biru dan hijau toska.
Dari Broken Beach, saya berpindah ke Angel’s Billabong. Kedua tempat ini bersebelahan. Angel’s Billabong adalah kolam alami yang tertanam di tebing. Kolam itu diisi air laut yang jernih saat air pasang. Dan kolam alami muncul saat air surut. Airnya sangat jernih dan sangat menyenangkan untuk berenang saat air surut.
Bukit Atuh
Jika di Papua Barat ada Raja Ampat, di Nusa Penida ada Raja Lima yang lebih dikenal dengan nama Bukit Atuh. Area Bukit Atuh menawarkan pemandangan gugusan karang menjulang dan tebing lancip yang bisa dilihat dari kejauhan. Adanya sejumlah pulau karang di lokasi itu membuat warga setempat menyebutnya sebagai Raja Lima. Juga keindahan alamnya yang dianggap serupa.
Lokasinya di sepanjang jalan menuju Atuh Beach. Makanya dari bukit ini Atuh Beach yang berpasir pusith di bibir tebing terlihat berkilau. Sayangnya pengunjung tidak bisa menikmati pemandangan di sini lama-lama karena sinar matahari yang terik menyengat. Di sini, matahari terasa ada dua.
Pantai Diamond
Lokasi pantai ini berdekatan dengan Pantai Atuh. Alasan pantai ini diberi nama diamond adalah karena menyajikan pemandangan tebing-tebing batu karst dengan ujung runcing bak permata. Seperti Kelingking Beach, pantai ini berada di bawah tebing.
Untuk turun ke pantai pengujung harus melewati tangga yang terbuat dari batu. Tangga ini menjadi tempat favorit pengunjung berfoto dan banyak bertebaran di media sosial. Sehingga Diamond Beach menjadi salah satu ikon Nusa Peninda.
Mengunjungi semua tempat-tempat yang indah itu, rasanya terpuaskan. Meski kulit jadi gosong dan agak kelelahan. Untuk mengobati rasa lelah itu, saya mengakhiri hari dengan relaks di Crystal Bay. Duduk di pantai menanti sunset dan menyaksikan matahari tenggelam.
Empat hari tiga malam di Nusa Penida, rasanya singkat. Pada hari keempat, saya masih leyeh-leyeh di penginapan sampai waktunya check out. Tengah hari barulah ke Pelabuhan Toyapakeh untuk pulang ke Bali. Saya menghubungi pemilik rental mobil dan meminta saya menitipkan motor di tempat pembelian tiket fastboat. (*)
(209)
Merasa minim referensi ttg dunia wisata Bali
Karena aku baru denger nama Nusa Penida.
🙁
Makasi bang sudah mengedukasi wisata kece ini.