Berkunjung ke Oman, Permata di Semenanjung Arab
Oman bukanlah tujuan wisata yang begitu menarik bagi orang Indonesia kebanyakan. Kalah populer dibanding negara tetangganya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Sampai- sampai orang Indonesia masih bingung, negara Oman itu di mana. Tetapi di negara di Semenanjung Arabia inilah, kita masih bisa melihat budaya Arab yang sangat kental. Padahal, di ibukotanya, Muscat, jumlah ekspatriat lebih banyak dibanding penduduk asli. Alamnya juga beragam sehingga Oman dijuluki Jewel of Arabia.
Masuk ke Oman lewat Bandara Muscat International Airport (MCT) juga sangat mudah untuk orang Indonesia. Untuk tujuan wisata, tidak perlu mengurus visa lebih dulu. Cukup mengurus visa on arrival saat tiba di bandara. Tak perlu menunjukkan bukti penerbangan ataupun penginapan. Hanya menyerahkan paspor dan biaya OMR 5 atau 12,5 USD. Itu untuk kunjungan 10 hari. Kalau lebih dari 10 hari biayanya OMR 20 dan multientry OMR 50 dengan masa berlaku satu tahun.
Update; Sejak 21 Maret 2018, otoritas setempat mengeluarkan kebijakan baru soal visa ke Oman. Setiap pengajuan visa turis atau kunjungan singkat hanya akan dilayani secara online. Jadi tidak ada lagi visa on ariival (VoA). Tetapi syarat dan pengajuannya gampang. Lebih lengkapnya bisa lihat di website e-visa Oman.
Update lagi; ada informasi terbaru pertengahan Desember 2021 ini bahwa pemegang paspor Indonesia salah satu negara yang bebas visa masuk Oman yang berlaku sepuluh hari.
Alasan-alasan itulah yang membuat saya tertarik untuk mengunjungi Muscat, Oman. Apalagi saya menemukan harga tiket yang relatif murah di website Oman Air. Keinginan berkunjung ke Oman pun kian membuncah. Saya mendapat tiket seharga Rp 4,5 juta pulang pergi. Berangkat dari Singapura. Lama penerbangan langsung sekitar 5-6 jam. Kalau transit, pasti lebih lama lagi.
Sebelum berangkat, saya sudah menghubungi teman yang tinggal di Muscat. Orang Denmark yang bekerja di perusahaan milik Pemerintah Oman. Ia bersedia rumahnya saya tumpangi. Bahkan bersedia menjemput saya di bandara. Hari itu, Jumat. Hari libur di Oman. Jadi ia bersedia menjemput kapan pun saya tiba.
Pukul 10.00 pesawat Oman Air yang saya tumpangi mendarat di Bandar Udara Internasional Seeb, nama lain bandara internasional Muscat. Saya segera ke konter visa on arrival. Konter ini sekaligus tempat penukaran uang. Tak banyak orang yang antri. Kira-kira 5 orang di depan saya. Antrian justru mengular di bagian bebas visa dan pengunjung yang sudah punya visa. Banyak orang dari Asia Selatan.
Di konter visa on arrival, saya hanya dimintai paspor dan biaya VoA. Saya menyerahkan 50 USD dan kembaliannya uang rial. Visa tidak ditempel di paspor. Hanya selembar kertas seperti struk belanja. Itulah yang ditunjukkan di bagian imigrasi bersama paspor. Petugas imigrasi sangat dingin, tetapi tak bertanya apa pun. Ia memeriksa paspor lalu memberi stempel.
Di bagian imigrasi ini, nuansa Arab sudah mulai terasa. Petugasnya nyaris semuanya laki-laki Arab. Mereka mengenakan dishdasha, baju panjang khas Oman dengan kain di kepala, kuma. Tetapi begitu keluar, nuansanya berubah. Orang-orang Asia Selatan berkerumun di pintu kedatangan menjemput teman atau keluarga. Saya mencari-cari teman yang menjemput dan dia berada di kafe. Ia segera membawa saya keluar dari bandara dengan mobilnya menuju rumahnya di Al-Azaiba.
Melewati jalan utama Sultan Qaboos, diambil dari nama Sultan Oman, pemandangan khas Arab sangat terasa. Bukit-bukit tandus dan berpasir, pohon palem berjejer di jalan. Meski sebagian besar terlihat tandus, banyak bunga dan taman hijau bertebaran di mana-mana. Udara terasa sangat panas. Meski suhu udara sudah turun karena musim dingin. Pada musim panas, suhu bisa mencapai 50 derajat celcius. Untung saja, rumah teman berpendingin udara. Bentuk rumah khas Arab juga membuat suhu dalam rumah jadi sejuk.
Rumah-rumah di Muscat berbentuk kotak dengan warna cat yang nyaris seragam. Warna krem. Menurut teman saya, warna itu khas Arab Oman. Arsitekturnya perpaduan Arab modern dan Eropa. Kalau mau melihat rumah yang lebih khas Arab Oman, harus pergi keluar Muscat. Salah satunya di bekas ibukota Oman dan kota tua, Nizwa. Sekitar 140 kilometer dari Muscat atau 1,5 jam perjalanan dengan mobil.
Setelah ngobrol-ngobrol, saya diajak mengunjungi Sultan Qaboos Grand Mosque. Masjid ini salah satu yang terbesar di dunia. Bisa menampung 20 ribu jamaah. Di dalamnya dilapisi karpet buatan tangan dan tanpa sambungan seluas 4.343 meter persegi. Pernah menjadi karpet tanpa sambungan terluas di dunia. Pelatarannya juga luas dan dikelilingi taman yang penuh bunga. Juga pohon-pohon kurma yang menghijau. Dari luar, masjid ini sangat megah dengan kubah utama 50 meter dari permukaan lantai. Empat menara setinggi 45,5 meter dan satu menara utama setinggi 90 meter.
Malamnya, kami ke pusat perbelanjaan di kawasan Seeb. Sangat dekat dari Bandara Muscat. Di sini, suasananya benar-benar modern. Bangunan pusat perbelanjaan modern dengan sentuhan Arab, restoran dengan western food, japanese food, hingga makanan khas Arab. Area ini dikenal dengan nama The Wave oleh para ekspatriat. Tapi kini berganti nama jadi Al Mouj Muscat. Al mouj dalam bahasa Arab berarti gelombang (wave).
Salah satu restoran yang kami datangi Shakespeare and Co Cafe-Restaurant. Restoran ini menghadap marina. Banyak ekspatriat dan mereka bebas mengenakan pakaian. Tak wajib berhijab atau menutup seluruh tubuh. Saya melihat pekerja-pekerja wanita asal Philipina mengenakan rok pendek. Namun orang-orang Oman, tak terpengaruh dan meniru gaya barat. Mereka mempertahankan budayanya. Wanitanya mengenakan abaya dan hijab, sementara laki-laki bergamis.
Kami lalu pindah ke Chez Shusi Oman, restoran yang menyajikan makan dari Jepang. Malam itu, sedang ada perayaan Halloween. Ekspatriat yang rata-rata orang bule, bebas merayakan Halloween. Kebanyakan anak-anak dan remaja. Mereka berparade di boulevard dengan wajah yang digambar seram. Usai parade, mereka lalu lalang bergerombol. Orang-orang Oman tak ada yang merasa terganggu.
Hari berikutnya, kami mengunjungi Al Alam Palace. Tak jauh dari Riyam Park dan Old Watch Tower di Muttrah. Dalam bahasa Arab Al Alam berarti bendera. Salah satu dari enam istana yang dimiliki Kesultanan Oman. Dibangun Imam Sultan bin Ahmed, kakek buyut ke tujuh Sultan Qaboos. Istana ini hanya digunakan untuk acara-acara seremoni oleh Sultan Qaboos dan menerima tamu kenegaraan.
Sekeliling istana benteng Mirani dan Jijali yang dibangun Portugis pada abad ke-16. Pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke istana Al Alam. Tetapi bisa sampai di depan pintu gerbang dan berfoto-foto. Fasad istana berwarna biru dan emas. Desainnya sederhana tapi elegan. Di dalam istana, ada villa untuk tamu negara yang dilengkapi kolam renang, tempat spa, dan taman.
Sepulang mengunjungi istana Sultan Qaboos, saya pergi sendiri ke pantai Azaiba yang sangat dekat dari rumah teman. Hanya jalan kaki kira-kira 300 meter. Pantainya landai dan panjang. Ombak dari Teluk Oman menghantam pantai yang berpasir hitam. Ramai pengunjung kala sore hari. Tetapi saya tak menemukan suasana Arab di sini. Rata- rata pengunjungnya orang Asia Selatan. Saya pun merasa seperti berada di India atau Bangladesh.
Di hari lain, kami mengunjungi kawasan kota tua Muscat yang berada di Ruwi dan Muttrah (bacanya Matrah). Ruwi adalah pusat bisnis modren, sementara Muttrah pusat objek wisata Muscat dan kawasan pelabuhan. Di sini ada Muttrah Souk, pasar tradisional yang menjual berbagai macam souvenir, karpet, dan kerajinan tangan khas Oman. Tetapi penjualnya banyak orang Asia Selatan. Turis, terutama dari Eropa, banyak yang berkunjung dan membeli kerajinan tangan. Mereka rata-rata menggunakan tourist bus sebab tidak ada transportasi umum massal. Hanya ada taksi.
Dihadapan pasar itu, laut membiru. Dibingkai bukit batu. Kapal modern dan tradisional melintas. Menciptakan pemandangan yang mengagumkan. Tak jauh dari Souk, ada benteng Muttrah yang berada di bukit batu. Benteng yang dibangun Portugis pada abad ke-16. Dibangun untuk kepentingan militer dan pernah digunakan sebagai penjara sampai akhirnya dijadikan objek wisata. Dari atas benteng ini Souk dan rumah penduduk yang dikelilingi dinding tua terlihat jelas.
Dari hadapan souk, membentang Muttrah Corniche sepanjang tiga kilometer mengikuti teluk. Ada beberapa air mancur, taman tua, patung, dan gazebo. Dari sini, pemandangan laut amat indah. Jadi bisa menikmatinya sambil jalan kaki atau duduk di gazebo. Di ujung Muttrah Corniche, ada Old Watch tower yang berada di atas bukit batu yang bentuknya lancip. Naik ke atas harus melalui tangga yang amat curam. Teman saya tak berani ke atas. Sementara saya melangkah dengan hati-hati hingga mencapai puncaknya.
Menara ini berbentuk silinder. Ada pintu kayu tebal untuk jalan masuk. Di dalam menara pantau itu ada meriam. Dulu menara tua ini digunakan untuk memantau aktivitas di pelabuhan. Pemandangan dari menara begitu indah. Apalagi saat matahari mulai tenggelam.
Dari menara tampak kota tua Muscat, bagian belakang Al Alam Palace, Pelabuhan Oman, taman yang hijau, dan Riyam Monument yang berada di bukit batu. Riyam Monument ini tampak seperti tudung saji. Tetapi bisa juga tampak seperti kapal ruang angkasa yang futuristik. Saya berada di menara ini sampai matahari yang berbentuk bundar, tenggelam di ufuk barat.(*)
(9656)
Pemandangan menarik,khas negeri gurun pasir…
Iya, makanya saya bilang nuansa arab masih kental. gak dijejali bangunan-bangunan modern nan menjulang kayak tetangganya, di Uni Emirat Arab.
Kak.brpa ya bayar vOA ke oman. sya stay di dubai krn pake visit visa 90hr maka sya ga mau balik ke indo tapi exit ke oman trus masuk dubai lagi..
Kalo VoA masuk Oman, tergantung mau berapa lama di sana. Biaya OMR 5 atau
12,5 USD. Itu untuk kunjungan 10 hari. Kalau lebih dari 10 hari biayanya OMR 20 dan multientry OMR 50 dengan masa berlaku satu tahun.
Assalamu’alaikum mas, klo misal nya ada rejeki buat,visit ke sana, enak pake jasa tour atau jalan sendiri. Ini sama sekali gak ada teman lho yah, trus klo ke salalah, Zufar itu gimana, mulai Dari ongkos, biaya penginapan dsb. Thanks a lot
Waalaikumsalam. Pasti enak pakai jasa tour, tapi pasti lebih mahal dan gak bebas. Solo traveling di Oman sebenarnya gak masalah, akses bus ke semua kota tersedia. Trus taksinya yang bisa sharing, ternyata gak mahal amat. Kalo penginapan relatif mahal di Oman.
Halo mas sultan, rencana saya mau ke oman bulan Mei ini, apa disana bisa dengan mudah jalan2 sendiri ke tempat wisata nya selain memakai taksi sharing (taxi sharing aman mas?) bus2 umum juga apa mudah? terimakasih banyak
Bus umum malah gak ada. Adanya bus wisata yang bisa turun naik di lokasi objek wisata. Kalau taxi sharing sebaiknya naik yang ada penumpang perempuan. Belum pernah dengar ada masalah sih, tapi waspada aja.
Old watch tower itu keren tempatnya, bikin betah deh kayaknya duduk lama disitu.
Iya, apalagi kalo sore-sore pas matahari mau tenggelam.
Bersih banget ya…
Iya bersih dan rapi. Enak mata melihatnya 🙂
Kece bangets ya tempatnya…. jadi ngences….
Lebih kece kalo bisa berkunjung ke bagian selatan. Pantai, Lembahnya yang hijau, dan gurun pasirnya yang eksotis.
Selama 10 hari di oman, kira2 berapa biaya yg hrs disiapkan dr brangkat sampe balik ke indonesia
Di Oman tidak ada transportasi umum. Terutama di Muscat ya. Kebanyakan taksi tapi tak terlalu mahal karena taksinya bisa sharing. Kalau hotel termasuk mahal. Jadi kalo sepuluh hari perlu siapin 10 juta.
Kak aku berencana liburan ke oman 40 hari kebetulan aku ada teman disana.kalo lebih dari sebulan berarti 50 rial oman yah.oya kalo pake visa voa itu cukup perlu paspor tiket dan tanpa ke kedutaan oman dijakarta sebelumnya.mohon penjelasan nya
Iya benar, cukup apply langsung saat mendarat di bandara Muscat. Serahkan paspor dan biaya, langsung dapat kertas semacam bill. Nanti di imigrasi, bill itu yang ditunjukkan bersama paspor.
assslm mas..mau tanya terkait restoran indonesia adakah di sana
..utk rata2 sekali makan biayanya berapa ya?
Waalaikumsalam! Kalau restoran Indonesia, saya sama sekali gak ada ide. Karena waktu itu saya tinggal di rumah teman, jadi dimasakin. Untuk rata-rata sekali makan di resto, lumayan ya karena mata uang Oman lebih tinggi dari Indonesia bahkan USD.
Makasih infonya, boleh nanya lebih banyak ga mas? Email bisa mas? Sy pengen tau lebih banyak lagi… Makasih sebelumnya nurvitasari.anjapri@gmail.com
Boleh. Menu anya apa nih? Email saya, umasoultan888@gmail.com
Negara yang tertata rapi
Bersih meskipun di arab
Rapi banget. Gak pernah saya lihat sampah dan tempat-tempat kumuh 🙂
habis dari Qatar saya mampir transit di Oman pada tanggal 20 Maret, rencana mau jalan-jalan lihat kota Muscat. Sayangnya tidak bisa masuk karna mengira bebas visa dan tidak menemukan loket layanan VOA. Ternyata hari itu pindahan gedung bandara lama ke bandara baru.
Wah sayang banget ya. Padahal Muscat menarik juga untuk dijelajahi 🙂
Semoga liburannya selama di Qatar asyik-asyik aja 🙂
Kang..
Voa nya masih berlaku????
Kalau mau 4 Bulan disana mengunakan visa apa sebaiknya???
Trimaksii bgt kang infonya
VoA berlaku. Tapi Mulai 21 Maret 2018, otoritas setempat mengeluarkan kebijakan baru visa ke Oman bahwa setiap pengajuan visa turis atau kunjungan singkat hanya akan dilayani secara online atau e-visa. Ini link untuk e-vsa https://evisa.rop.gov.om/en/visa-eligibility
kang saya Ranji dari Bandung, sekarang saya lagi traveling keliling turki sebulan. kata temanku yang dari Saudi, ternyata VOA masih berlaku kok bang untuk WNI dan warga Negara Iran.
VoA hanya berlaku untuk negara-negara tertentu seperti negara-negara anggota Liga Arab. Sementara dari negara lain pakai e-visa. Untuk pastinya googling peraturan terbaru per Maret 2018 lalu.
kang saya Ranji dari Bandung. kata temanku yang dari Saudi, ternyata VOA masih berlaku kok bang untuk WNI dan warga Negara Iran.
Coba pastikan lagi ya, karena peraturan terbaru Maret 2018 lalu sudah berlaku. Kalau praktiknya saya tidak tau karena belum pernah lagi ke Oman setelah peraturan baru itu berlaku. 🙂
Tanya donk pa, kalau saya mau ke Doha – Qatar transit di Oman karna pakai Oman Air, visa nya gimana yah?
Kalau transitnya cuma sebentar, misalnya 5 jam-8 jam gak perlu pake visa. Tapi kalo transit dan mau sekalian jalan-jalan, ajukan ajak visa online (e-visa).
halo mas.. saya mau tanya nih. kalo saya kan sebenernya mau traveling ke turki. cuma saat penerbangan pulang ke indonesia, transit nya ke oman dan harus menunggu 18,5 jam. cukup lama ya kan mas. bisa ga ya kira kira untuk turun mengelilingi oman dulu. dan apakah masih perlu visa? jika perlu visa nya tetap visa VOA atau visa transit? (btw visa transit beda ga ya sama visa VOA, saya kurang tahu hehe) makasih mas..
Wah lumayan lama transitnya. Bisalah untuk menjelajahi Muscat. Tapi lihat situasi dulu, apakah tiba di Muscat pada siang hari. Karena agak susah transportasi umum di sana. Hanya ada taksi. Untuk visa, urus yang transit aja! Sekarang gak ada VOA, jadi e-visa! Bisa diurus online.
Halo..
saya mau menanyakan hal yg sama dengan mas Ranji nih, karena transit 18 jam di Oman apakah perlu urus e-visa?
apakah ada hotel di bandara mas?
Halo juga. Kalau transit di Bandara Muscat Oman dan tidak keluar dari bandara tidak perlu pakai visa. Kecuali mau keluar dari bandara meski hanya beberapa jam mesti pake visa kunjungan singkat. Untuk hotel, ada salah satunya di dalam bandara, kalo gak salah namanya Aerotel di lantai 5.
halo..
saya mau menanyakan seperti mas Ranji, karena saya akan transit di Oman selama 18 jam, apakah perlu VOA atau urus e-visa? karena saya tidak berencana keluar bandara..
apakah di bandara Oman ada hotel transit??
Terima kasih
Wah sepertinya menarik ya kota Oman utk dikunjungi. Kalau bus wisata yg bisa naik turun d lokasi wisata itu, apa maksudnya bus hop on hop off gt ya mas? Dimana kt bs naiknya?
Iya itu bus hop on hop off. Bisa naik di depan Pasar Tua (Souq) Mutrah. Ada sepuluh tempat perhentian.
Asalam bang, kalo misalnya stay lebih dari sebulan gmn ya bang, soalnya desember saya rencana ikut tmn saya ke oman untuk keperluan audit bang
Makasi bang, mohon penjelasannya
Waalaikumsalam! Kalo lebih dari 30 hari harus mengurus visa harus mengurus e-visa multientry yang berlaku setahun.
Biayanya berapa ya bus HoHo itu? Mungkin mas tau?
Kalau yang classic harganya tiketnya 68 USD per orang untuk dewasa. Kalau anak-anak 44,50 USD. Ini untuk tour sehari.
Terima kasih utk infonya
Sama-sama. Semoga tripnya menyenangkan!
Saya sudah 3 bulan di Oman, tinggal di Jabal Akhdar. Di sini temperatur lebih rendah 15 sampai 18 jadi kalo kepanasan di Muscat atau Nizwa mampir yaaa
Wah seru dong ya di sana. Insya Allah kalau berkunjung ke Muscat lagi. Teman di sana sih selalu undang datang berkunjung tapi belum ada waktu aja.
Hii kak,
Boleh share info kak?
Mamapapa saya pny planning brngkt oman-yaman selama 1bulan, tetiba mereka planning mau ke dubai dari muscat, Kapan hari sy ke kedubes dubai, mereka blg urus visanya di oman. Jd pas udah di oman gt ya baru kita ke kedubesnya dubai disana buat urus visa atau bagaimana yaa kak ?
TQ kak
Wah saya belum punya pengalaman soal itu. Soalnya waktu ke Oman, saya gak ke Dubai. Tapi kata teman-teman, bisa urus visa pas sudah di Muscat.
Hi kak mau tanya sekrang ke oman katanya pake visa online dan sdah tdak ada lagi visa on arrival yah kak,cara bayarnya pake PAy later gimana yah
Iya sekarang pake visa online. Ini berlaku sejak Maret. Kalo apply visa online tinggal isi data-data yang diminta dan bayarnya pake kartu kredit.
Jadi pen ksni dehh stelah bca review nya
Semoga ya bisa segera terwujud keinginannya ke Oman. Bagusnya lama-lamain di sana, soalnya e-visa lumayan mahal dan masa tinggal bisa 30 hari.
Salam Mas Ahmadi,
Kalau saya liat biaya e-visa kok mahal ya. Ada service fee sekitar USD 65 dan Government Fee USD 52. Atau mungkin kebetulan yg saya lihat memang pasang harga mahal, mungkin ada versi yg standar?
Terma kasih
Kok mahal banget. E-visa kunjung singkat (30 hari) untuk wisata cuma 20 USD kok. Mungkin yang dilihat itu, untuk visa kunjungan bisnis atau sosial.
Hi kak mau ty ini kan aku mo ke Dubai 3 hari tros ke oman 6 hari ,kl dr Dubai ke oman brp lm …tros tmn ku bilg kok g usah visa kl dr Dubai ke oman
Kalo dari Dubai ke Muscat (Oman) sih memang gak butuh waktu lama. Kalau naik pesawat palingan sejam. Kalau naik bus baru aga lama. Bisa enam jam. Saya belum pernah dengar kalo gak perlu visa kalo dari Dubai ke Oman. Mungkin yang permanent resident di Dubai yang gak perlu visa!
Assalamualaikum bro..
Bro ade instagram x?
Waalaikumsalam. Iya, saya ada Instagram, cari aja @ahmadi_sultan
assalamu’alaikum
kang, saya mau tanya beberapa hal. bisa chat k wa atau e-mail saya? aaulef@gmail.com WA +967736306107
Waalaikusalam, bisa menghubungi saya melalui email umasoultan888@gmail.com
assalamualaikum, kak mau nanya klo terbang dari jakarta ke turki trus transit di oman baru lanjut ke turki itu untuk mengurus visa transitnya itu bagaimana kak? dan bayarnya berapa??
Bisa ajukan e-visa secara online di link ini https://evisa.rop.gov.om/en/ isi data-data dan bayar. Biayanya 20 Rial untuk 30 hari. Kurang dari itu lebih murah lagi.
Assalamualikum mas. Mau nanya nih. Kalau budget untuk travelling ke Oman berapaan ya? Kalau disana harga barang barang nya mahal atau murah mas? Terima kasih
Waalaikumsalam,. Oman termasuk yang mahal karena nilai mata uangnya lebih tinggi dari Dolar Amerika. Trus sewa hotelnya mahal-mahal. Sejutaan per malam.
Saya ingin sekali tour ke oman,tapi saya tidak tahu apa apa,yang saya mau tanyakan biaya untuk 10 haru di sana kira kira berapa ya,dari makan hotel dan wisata di sana
Oman itu relatif mahal. Mata uangnya lebih tinggi dari Dolar Amerika. Hotel sangatlah mahal. Kayak tetangganya, Uni Emirat Arab. Mana gak ada angkutan umum seperti bus, adanya taksi yang bisa ditumpangi ramai-ramai. Kalau 10 hari di sana, bisa belasan juta kali ya. Karena hotel aja udah hampir satu jutaan.
Bang mau nanya, beli deshdasha dan kummah yg bagus di mana?
Maaf baru balas. Lima bulan kemarin saya ngetrip ke Eropa jadi sibuk. Kalo mau belanja ke Old Bazar di Mutrah.
Maaf ya baru balas. Lima bulan kemarin saya ngetrip ke Eropa jadi sibuk. Kalo mau belanja ke Old Bazar di Mutrah.
Kalo mau belanja ke Old Bazar di Mutrah.