Mengunjungi Chile, Habiskan Tiga Hari di Santiago
Tak pernah terbayangkan saya akan bisa sampai ke Amerika Selatan dan mengunjungi Chile, salah satu negara maju di benua itu. Negara Chile yang berada di Benua Amerika tak banyak dilirik orang Indonesia karena letaknya yang sangat jauh.
Saya mengunjungi Chile setelah lebih dulu mengunjungi Brasil. Sama seperti Brasil, masuk ke negara Chile juga bebas visa bagi warna negara Indonesia. Bahkan durasinya lebih lama dibanding negara di Asean yang hanya 30 hari saja.
Kurang lebih tiga jam saya dalam pesawat saat penerbangan dari Sao Paulo (Brasil), ke Santiago de Chile. Ibukota negara Chile. Ketika mendekati Chile yang berada persis di tepian Samudera Pasifik terlihat pegunungan Andes.
Pesawat kemudian mendarat di Santiago de Chile menjelang malam. Tetapi matahari masih bersinar terang. Dari bandara itu, ada bus ke pusat kota. Untuk mengirit, saya memilih bus ini dan berhenti tidak jauh dari hostel yang sudah saya booking.
Lokasinya masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Di hostel ini sudah banyak backpacker dari berbagai negara. Saya sepertinya satu-satunya dari Asia. Meski begitu, suasananya menyenangkan.
Sambil istirahat di hostel, saya menghubungi teman Couchsurfing yang pernah ke Batam. Dia orang asli Chile. Rencananya, saya bakal menginap di apartemennya. Tetapi saya datang lebih duluan ke Santiago. Sementara dia sedang pulang kampung.
Santiago di Chile salah satu kota besar di Amerika Selatan. Bahkan termasuk yang paling maju. Sudah ada metro untuk transportasi umum selain bus. Jadi teman saya menyarankan membeli kartu, Bip! Card seharga 1.550 CLP. Cukup murah.
Hari kedua di Santiage de Chile, saya ke stasiun Metro membeli Bip! Card. Dengan Metro inilah saya menuju pusat kota di Civic District. Dalam Metro, saya tidak begitu mencolok sebagai turis. Karena banyak juga orang Chili yang perawakannya seperti orang Asia Tenggara.
Tetapi rata-rata mereka berpostur tinggi dengan wajah perpaduan Amerika Latin dan Eropa. Seperti di Eropa, mereka juga tidak kepo dengan orang asing. Tidak ada lirikan-lirikan yang bikin salah tingkah. Saya pun merasa nyaman saja.
Setiba di pusat kota, saya jalan ke Palacio de La Moneda. La Moneda adalah istana presiden Republik Chili. Di depannya berkibar bendera negara Chili. Banyak turis yang berfoto dengan latar istana ini. Termasuk saya. Bahkan minta tolong sama polisi wanita yang sedang bertugas.
Pengerjaan gedung dimulai pada tahun 1784 dan istana yang dijuluki “Rumah Mint Santiago de Chile” ini akhirnya dibuka pada tahun 1805. Memiliki gaya bangunan neoklasik sehingga tampak menarik.
Di belakangnya ada taman Plaza de la Contitucion yang dihiasi patung beberapa presiden Chile. Taman ini lebih sejuk dibanding halaman depan La Moneda. Banyak orang duduk berteduh di bawah pohon saat matahari sedang terik. Saya juga ikutan berteduh.
Dari Plaza de la Contitucion saya ke Plaza de Armas. Kalau Plaza de la Contitucion semacam alun-alun istana negara, nah Plaza de Armas ini alun-alun kota. Alun-alun ini dikeliling beberapa bangunan bersejarah.
Ada Cathedral Metropolitana de Santiago di pojokan. Gereja ini sudah berdiri sejak tahun 1800, namun pembangunannya dimulai pada tahun 1748. Bangunan bergaya neoklasik ini terletak persis di historic center Santiago. Menghadap langsung ke Plaza de Armas.
Di seberangnya ada museum sejarah, Museo Historico Nacional atau Museum of National History of Chile yang menghadap ke Plaza de Armas. Bersebelahan dengan bangunan Balai Kota Santiago. Saya sempatkan melihat koleksi museum ini.
Tak jauh dari Plaza de Armas, ada museum etnografi Chili, Chilean Museum of Pre-Columbian Art. Didirikan 10 Desember 1981, museum ini memamerkan karya seni dan artefak pra-Columbus dari Amerika Tengah dan Selatan.
Agak sore setelah mengaso, saya ke Santa Lucia Hill. Santa Lucia Hill terletak di tengah kota antara Jalan Santa Lucia dan La Alameda. Bukit ini berada di ketinggian 69 dari area sekitarnya dan memiliki luas 65.300 meter persegi.
Bukit ini menarik karena terdapat berbagai bangunan sejarah, termasuk gereja dan benteng. Tempat ini sudah menjadi lokasi wisata menarik di Santiago, karena menyajikan pemandangan indah kota dari ketinggian dan beragam bangunan sejarah yang cantik.
Ada tangga hingga ke puncaknya dan di atasnya ada Terraza Caupolicán. Tempat melihat pemandangan kota 380 derajat. Pengunjung tak hanya melihat-lihat saja, tetapi berfoto dengan latar kota Santiago de Chile.
Mengunjungi tempat ini gratis, termasuk taman, air mancur, dan kastil. Jadi saya menghabiskan banyak waktu di sini. Pengen berlama-lama sembari menunggu matari tenggelam. Tetapi badan sudah meminta istirahat.
Dari La Chascona ke Bellas Artes
Hari berikutnya saya memasukkan La Chascona ke list yang harus dikunjungi. La Chascona adalah rumah penyair Chili, Pablo Neruda yang dibangun untuk istrinya. Lokasinya di Fernando Márquez de la Plata. Di jantung Barrio Bellavista.
Sebenarnya, saya sama sekali tidak tahu kalau Pablo Neruda punya rumah di Santiago. Waktu searching tempat-tempat wisata di Santiago, rumah Pablo Neruda salah satunya yang direkomenasikan para turis jika mengunjungi Chile.
Apalagi setelah mengetahui lokasinya, saya makin tertarik untuk mengunjunginya. Dekat dari tempat saya menginap. Tidak sulit mencarinya karena letaknya persis di kaki Bukit San Cristobal. Tempat wisata terkenal di Santiago.
Saat menuju La Chascona, saya tak sengaja menemukan Castillo Lehuedé atau Red House. Bangunan berwarna merah pudar ini berada di Plaza Camilo Mori. Selain warnanya yang mencolok, style bangunan ini juga mencuri perhatian.
Castillo Lehuede juga disebut sebagai Hotel Castillo Rojo dibangun pada tahun 1923 untuk seorang pengusaha Chili bernama Pedro Lehuedé. Pada tahun 2013, Castillo Rojo menjadi hotel kecil dengan 19 kamar tamu, sebuah hotel butik.
Pengunjung yang berjalan melewati Kastil Merah itu dapat menikmati pemandangan dari Plaza Mori yang letaknya tepat di depan pintu masuk gedung. Saya sempatkan duduk di bangku taman sambil mengamati bangunan Castillo Lehuede ini.
Puas melihat Castillo Luheude, saya lanjutkan menuju La Chascona. Petunjuk ke rumah Neruda ini terpampang di jalan-jalan di area Bellavista. Kawasan yang dijejali cafe-cafe. Hanya sekali belok kanan dan kiri, saya sudah sampai di La Chascona.
Di kawasan elit ini, Pablo Neruda membangun rumahnya pada tahun 1953. Rumah ini sudah berubah jadi museum, namun tetap mempertahankan bangunan utama. Bahkan koleksinya semuanya berhubungan dengan Pablo Neruda dan istrinya yang bernama Matilda.
Di belakangnya menjulang Cerro San Cristobal. Bukit ini bagian dari The Santiago Metropolitan Park. Saya jalan kaki saja ke Bukit San Cristobal. Pengunjung lumayan ramai memasuki gerbangnya.
Di Bukit San Cristobal ini banyak yang bisa dikunjungi dan dilihat. Untuk naik, bisa jalan kaki, menumpang funicular, cable car, dan mobil. Untuk mobil, ada gerbang khusus. Menumpang funicular dan cable car pastinya bayar. Sementara jalan kaki, gratis>
Di kaki Bukit San Cristóbal terdapat Kebun Binatang Nasional Chili, Zoologico Nacional, taman bergaya Jepang, dan taman-taman lainnya. Di bagian puncak ada ada dua kolam renang, Piscina Tupahue dan Piscina Antilén.
Kemudian Patung Perawan Maria setinggi 22 meter, persis di puncak Cerro San Cristóbal. Di dekatnya ada sebuah kapel kecil tempat Paus Yohanes Paulus II berdoa dan memberkati kota Santiago. Ada juga dek observasi untuk melihat pemandangan kota Santiago.
Tak jauh dari bukit ini, saya ke The Chilean National Museum of Fine Arts atau Museum Seni Rupa Nasional Chili. Museum ini salah satu pusat utama seni Chili dan Amerika Selatan yang terbesar.
Terletak di Parque Forestal Santiago, Museo Nacional de Bellas Artes bersebelahan dengan Museum Seni Kontemporer. Didirikan pada tahun 1880, Palacio de Bellas Artes ini bergaya Neoklasik dan Barok, diperkuat dengan detail Art Nouveau dan sentuhan arsitektur struktur metalik.
Masuknya gratis dan banyak koleksinya yang bisa dilihat. Di bagian hall utama saja kita sudah disuguhin banyak instalasi dan patung yang eksotik. Masih di lantai satu, terdapat ruangan luas dengan komposisi indah dari pelukis ekspresionis terkemuka Chili Israel Roa
Di ruang pameran lainnya, di antara karya seni ada beberapa potret paling menarik dari Liberator Bernardo O’Higgins yang dibuat pelukis José Gil de Castro, yang lahir di Peru, dan kemudian menjadi warga negara Chili.
Koleksi museum ini tidak hanya karya-karya seniman Chile, tetapi juga karya seniman dari Italia dan Spanyol. Ada juga patung-patung dari Afrika yang memperkaya koleksi Museum Seni Rupa Nasional Chili.
Puas melihat koleksi-koleksinya meski belum semua bisa dilihat. Karena lumayan capek setelah dari museum ini, saya mengakhiri petualangan hari itu dengan bersantai di sauna. Menyegarkan kembali badan dan otot-otot yang lelah. (*)
(222)
2 Comments