Jejak Perang Vietnam di Pulau Galang
Selamat Datang di Ex Camp Vietnam, Galang Island. Begitulah tulisan yang menyambut ketika akan menjejakkan kaki di objek wisata sejarah Ex Camp Vietnam di Pulau Galang, Batam. Rasanya bergidik saat akan memasuki kawasan ini. Setelah membayar sepuluh ribu untuk tiap kendaraan yang masuk, perlawatan ini dimulai.
Komplek bekas kamp pengungsi ini sangat teduh seperti di hutan wisata dengan jalan beraspal hotmix. Petunjuk jalan jelas sehingga membantu para pengunjung. Begitu juga yang kami rasakan saat berwisata bersama teman-teman dari Philipina dan Prancis. Di dalam bekas kampung pengungsi ini, pengunjung disuguhi peninggalan-peninggalan pengungsi yang sebagian masih terawat dan sebagian sudah rusak. Begitu masuk, vihara atau pagoda Quan Am Tu menyambut.
Di komplek ini ada peninggalan berupa bekas-bekas barak pengungsi yang sekarang sudah kosong, tempat ibadah, tempat berkegiatan baik pertanian dan pemuda, rumah sakit, bekas kantor PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR), kantor polisi, kuburan, monumen bekas kapal-kapal yang mengangkut pengungsi (manusia perahu) dan sarang penunjang kamp seperti water treatment plant dan generator.
Tetapi sebelum menikmati semuanya, kami disambut segerombolan penghuni lain komplek ini. Mereka asyik menikmati makanan di tepian jalan, bahkan melompat dan bergelayut di pohon-pohon. Itulah monyet-monyet yang kini menjadi penghuni komplek eks camp pengungsi Vietnam itu setelah ditinggal.
Untuk bercengkraman dengan monyet-monyet itu, cukup memberikan makanan berupa pisang atau kacang kulit. Begitu melemparkan makanan, semakin banyak yang datang mendekat. Tetapi jangan membuat gerakan yang membuat mereka menjauh dan kembali ke pohon-pohon. Mengangasyikkan bercengkarama dengan mereka yang lucu-lucu karena ukurannya yang mungil.
Setelah puas memberi makanan dan berfoto bersama monyet-monyet itu, perjalanan kami lanjutkan. Museum dan barak pengungsi jadi tujuan utama. Di dalam museum itu ada benda-benda yang digunakan ketika para pengungsi masih ada, hasil kerajinan tangan mereka, foto-foto dokumentasi kehidupan mereka, dan lain sebagainya. Di antara ruang barak-barak yang ada, di bagian tengah ada ruang dengan pintu teralis. Itu adalah penjara. Di dalam penjara itu ada sepeda othel yang dulu dipergunakan ketika pengungsi masih ada. Teman-teman dari Philipina dan Perancis mencoba sepeda itu. Bahkan mereka menikmati suasana dalam penjara.***
(465)
dah lama gak kesini…semoga ada waktu mampir lagi dan bertemu penghuni yang setia berwara wiri dijalan nunggu orang lewat ngasi makan…hahah
Iya lucu juga lihat mereka. Hiburan sebelum masuk melihat suasana mencekam 🙂