Flashback Solo Traveling Pertama Saya ke Bali
Seperti yang pernah saya ceritakan, traveling keliling dunia adalah cita-cita sejak kecil. Sejak bisa menghasilkan duit sendiri, saya sudah mulai traveling. Awalnya ke negara tetangga yang paling dekat, Malaysia dan Singapura, bukan Bali. Hanya saja saat itu saya belum berani pergi sendiri, jadi selalu ikut grup.
Nah sejak Maret 2012 saya mulai solo traveling. Ada rasa tidak puas saat jalan bareng grup dan ingin merasakan pengalaman berbeda sehingga saya memutuskan solo traveling. Tujuan saya bukan ke negara tetangga. Saya pilih di dalam negeri saja. Pulau Bali. Karena saya memang belum pernah ke Bali.
Bagi kami yang di Batam, traveling ke negara tetangga lebih mudah dan cepat dibanding ke daerah lain di Indonesia. Makanya, kami di Batam terkadang sudah bolak-balik Singapura atau Malaysia, tetapi belum pernah ke Bali atau destinasi wisata lainnya di Indonesia.
Selain belum pernah ke sana, alasan saya memilih Bali pastinya karena destinasi populer internasional dan nomor satu di Indonesia. Turis berbagai negara sudah mengunjungi Bali. Saya tidak mau kalah dengan turis-turis asing itu. Kan malu nanti kalau saya traveling ke luar negeri lalu ditanya sudah pernah ke Bali apa belum.
Saya pun sangat antusias untuk ke Bali setelah mendapatkan jadwal cuti. Segala persiapan saya lakukan sendiri. Mulai membeli tiket dan memesan penginapan. Kala itu travel agen online belum booming, jadi saya beli tiket penerbangan di travel agen kenalan. Biar dapat tiket yang murah gitu!
Singkat cerita, terbang lah ke Bali dengan perasaan excited. Tiba di Bandara Ngurah Rai menjelang malam membuat saya sedikit bingung. Apalagi saat itu bandara sedang direnovasi besar besaran. Mau keluar dari bandara ke jalan raya celingak celinguk mencari arah. Akhirnya mengikuti arah orang yang ramai.
Di jalan masih banyak ojek pangkalan. Setelah tawar-menawar harga, ojek membawa saya ke kawasan Kuta. Saya menginap di Poppies Lane I. Setelah check in, saya langsung ke Monumen Bomb Bali. Di sekitar monumen di Jalan Legian Raya itu banyak tempat hiburan malam. Jadi ramai turis dan hingar bingar musik.
Perasaan saya antara senang dan kebingungan di tengah keramaian. Kebingungan saya lebih ke atmosfernya. Berada di Indonesia tetapi berasa di luar negeri karena banyak bule. Mereka menikmati pesta dan dunia malam. Saya menjauh dari kerumunan dan mendatangi ground zero Bom Bali.
Belum pukul sepuluh malam, saya sudah kembali ke hostel. Setiba di hostel, teman dari Belanda mengabarkan ia juga sedang berada di Bali. Ia berada di Padang Bai. Kami pun janjian untuk bertemu dan ngetrip bareng hari berikutnya. Jadi saya hanya satu malam di Kuta lalu menyusul teman ke Padang Bai.
Perjalanan sekitar 1 jam dengan mobil travel yang mengantar hingga ke hostel. Kami menginap di dekat Pelabuhan Padang Bai. Selama di Padang Bai, kami mendatangi Pantai Padang Bai, Blue Lagoon Beach, Bias Tugel Beach, Secret Beach, dan menjelajahi hingga ke desa adat yang saya lupa namanya. Kala itu saya masih menggunakan Blackberry untuk memotret.
Tiga hari di Padang Bai, saya kemudian kembali ke Kuta. Sebelumnya saya singgah di Pasar Seni Sukawati mengambil pesanan teman sekalian belanja oleh-oleh. Akhirnya saya membawa dua kantong besar yang harus ditenteng karena tidak membawa tas besar. Ke Pantai Kuta pun saya harus menenteng dua kantong kresek besar itu dan satu backpack.
Setelah solo traveling sekaligus backpacking ke Bali, saya mulai sering bepergian sendiri. Entah ke Singapura atau Malaysia. Kemudian semakin jauh ke Thailand, Hongkong, Vietnam, Turki, Iran, dan Eropa. Terakhir saya solo traveling ke 25 negara hingga ke Amerika Selatan dan masih ingin melanjutkan petulangan lagi.(*)
(489)