Bersepeda ke Zaanse Schans, Desa Kincir Angin di Belanda
Belanda dikenal dengan julukan Negeri Kincir Angin. Tetapi Kincir Angin tradisional kini hanya bisa ditemukan di beberapa tempat, salah satunya di Zaanse Schans. Kawasan ini dikelola komunitas masyarakat setempat, De Zaansche Molen, dan sekarang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.
Zaanse Schans terletak di wilayah pemerintahan Zaanstad yang ibukotanya Zaandam. Kota ini terkenal sebagai kota industri pertama di Eropa. Kawasan Zaanse Schan yang kini menjadi kawasan wisata berada di kota Zaandijk yang berdekatan dengan Zaandam. Mudah menuju ke sana karena tersedia beragam moda transportasi. Lokasinya hanya 30 menit perjalanan dengan mobil, bus, atau kereta api dari Bandara Schiphol Amsterdam atau 15 menit dari Amsterdam Centraal.
Meski lebih mudah dan cepat dengan kereta atau bus tetapi saya memilih bersepeda. Moda transportasi yang masif digunakan di ibukota Belanda, Amsterdam. Sepeda itu dipinjamkan seorang teman yang memiliki dua sepeda. Ia pun menemani mengunjungi Zaanse Schans. Ia menggunakan sepeda yang mirip sepeda ontel, sementara sepeda yang lebih modern dengan tiga level gigi dipinjamkan kepada saya. Karena menggunakan sepeda, kami melalui rute berbeda dengan rute kendaraan roda empat atau kereta.
Pada pagi hari yang mendung dan sangat dingin, kami mengayuh sepeda dari Kota Tua Amsterdam menuju Amsterdam Centraal. Di dekat stasiun utama ini, ada penyeberangan fery ke Amsterdam Noord yang terpisahkan laut dengan Amsterdam Centraal. Ferry ini gratis dan penumpang bisa membawa sepeda, motor, bahkan mobil kecil yang hanya untuk satu orang. Setelah sampai Buiksloterweg, sepeda kami arahkan melalui Oeverlandroute atau rute 7.
Meski melalui pinggiran kota, dan desa-desa yang tenang, tetapi jalur sepeda tersedia. Kontur daratan di Amsterdam yang flat memudahkan untuk mengayuh sepeda. Rumah-rumah batu dan kayu khas Belanda menjadi pemandangan menarik dan suasananya yang sangat tenang. Warna cokelat mendominasi cat rumah, kontras dengan rumput hijau yang menghampar di sekitarnya.
Perjalanan sejauh 21,7 kilometer kami tempuh lebih dari satu jam dan tak setitik keringat pun mengucur karena cuaca yang dingin. Setiba di Zaandijk dari kejauhan kincir angin mulai tampak. Bila menggunakan transporatasi kereta api yang berhenti di stasiun Koog aan de Zaan akan terlihat Sungai Zaan yang besar dan banyaknya kincir angin dengan aneka bentuk dan ukuran besar. Begitu memasuki mulut Zaanse Schans aroma cokelat yang sangat tajam dari pabrik cokelat yang juga sudah berumur ratusan tahun menyapa.
Bangunan rumah kayu tradisional Belanda yang sudah berumur ratusan tahun berderet mengikuti jalan masuk ke bagian utama kawasan Zaanse Schans. Arsitekturnya unik, khas Belanda yang sebagian besar dinding rumah kayu berwarna hijau dan dahulunya merupakan ciri khas rumah warga di wilayah Zaandstad. Salah satunya rumah yang dijadikan toko kelontong pertama milik Albert Heijn dan kemudian berkembang menjadi supermarket ternama di Belanda. Rumah itu masih dipertahankan sebagai toko kelontong sekaligus museum, namanya Zaanse Huisjes. Di dalamnya dijual beragam kopi.
Di pinggiran Sungai Zaan di kawasan wisata yang dilestarikan ini terdapat kumpulan kincir angin yang ukurannya beraneka ragam. Setiap kincir angin itu mempunyai fungsi masing-masing. Di sini bisa dilihat cara kerja kincir angin baik untuk keperluan mengeringkan lahan maupun keperluan industri dan pertanian. Ramai wisatawan yang berjalan kaki menikmati pemandangan dan suasana pedesaan yang tenang. Sementara warga setempat, lalu lalang dengan sepedanya.
Dahulunya di sepanjang Sungai Zaan yang terlihat seperti danau ada ribuan kincir angin. Namun sekarang di kawasan Zaanse Schans hanya tersisa enam kincir angin. Di seberangnya, sebelum memasuki mulut desa ada tiga kincir angin. Enam kincir angin yang berada di dalam kawasan Zaanse Schan memiliki nama dan fungsi masing-masing. De Huisman, pembuatan makanan saus Mustard, De Kat (pembuatan cat), De Gekroonde Poelenburg dan Het Jonge Schaap (penggergajian kayu), De Zoeker dan De Bonte Hen (pembuatan minyak).
Ditambah dua kincir angin yang kecil, De Windhond (pengasah batu) dan De Hadel (menguras air). Kincir-kincir angin ini pada musim dingin (winter) hanya dibuka untuk umum pada akhir pekan saja atau sesuai perjanjian kecuali Jonge Schaap yang buka setiap hari. Untuk masuk kedalam kincir angin dan melihat aktifitas produksinya dikenakan biaya.
Kami memasuki Het Jonge Schaap setelah membayar 7 euro. Het Jonge Schaap adalah kincir angin terbaru yang dimiliki komunitas De Zaansche Molen. Berdiri pada tahun 2007. Sementara bangunan pertamanya atau yang asli terletak di Westzijdervel (Zaandam), sudah dirobohkan pada tahun 1942. Meski bangunan baru, Het Jonge Schaap menggunakan gambar konstruksi yang dibuat Anton Sipman (1906-1985). Perlu waktu bertahun-tahun untuk pembangunan kincir angin ini sampai dibuka secara resmi 27 September 2007.
Setelah melewati loket pembayaran, pengunjung bisa menyaksikan tayangan pembuatan kincir angin atau windmill dan cara kerjanya. Lalu keluar dari loket dan masuk ke kincir angin untuk melihat penggergajian kayu di dalamnya. Penggergajian kayu itu berada di lantai dua, sementara di bawahnya dimanfaatkan sebagai museum dan penampungan serbuk kayu hasil gergaji. Suara gergaji memotong kayu seolah seperti musik yang memecah kesunyian di tepian Sungai Zaan.
Di kawasan wisata ini terdapat pula beberapa museum yang mempresentasikan kehidupan masa lampau masyarakat Belanda pada abad 17-18 khususnya di wilayah Belanda Utara. Museum Zaans menyimpan koleksi artefak dan lukisan kehidupan orang Belanda ratusan tahun yang lalu. Meseum yang lebih kecil di wilayah ini terkait dengan perusahaan-perusahaan ternama yang awalnya berdiri di Zaandam, seperti Verkade Paviljoen, produsen makanan cokelat dan kue, museum dari supermarket tertua dan terbesar di Belanda saat ini, Alberthijn yang berdiri pada tahun 1887, Het Nederlandse Uurwerk atau museum jam, Bakkerij museum in de Gecroonde Duyvekater atau museum pembuatan roti. Museum Kincir Angin juga bisa dilihat tetapi terletak di Koog aan de Zaan sebelum memasuki masuk kawasan Zaanse Schaans atau Zaandijk.
Rasanya tak datang ke Belanda kalau tak mencicipi kejunya. Produk traditional Belanda ini bisa dinikmati dan dibeli di pabrik pembuatan keju sekaligus toko penjualan keju, De Catherine Hoeve. Lokasinya masih berada di Zaanse Schaan yang tak luas itu. Saat memasuki toko ini, turis memadat dan antri mencicipi potongan kecil keju yang disiapkan secara gratis. Jadi sebelum membeli, pengunjung bisa mengetahui keju mana yang cocok di lidah. Saya ikut antrian lalu mencomot setiap kejua yang disediakan. Rasanya enak-enak. Karena lapar dan kejunya enak, saya memutar dan ikut antrian lagi. Mencomot satu per satu keju untuk dimakan.
Di rumah lainnya, ada pabrik pembuatan sepatu kayu bakiak khas Belanda atau klompen (The Wooden Shoe Workshop the Zaanse Schans). Untuk masuk tidak dipungut biaya. Klompen yang dibuat bentuknya unik dan lucu, ada yang diukir, klompen sepatu roda dan klompen ketawa. Ada juga pabrik kerajinan tembaga, The Coopery dan kerajinan perak yang sudah ada sejak ratusan tahun, The Tinkoepel. Yah, rumah-rumah kayu khas Belanda di kawasan ini memang dipertahankan namun fungsinya sudah berubah sejak menjadi kawasan wisata. Kincir angin tradisional itu yang awalnya mengubah wilayah itu jadi kawasan wisata. Yuk mas wisata ke Belanda!
Sejarah Kincir Angin
Dalam sejarahnya, kincir angin pada awal keberadaannya di Belanda sekitar abad 13 berfungsi untuk mendorong air ke lautan agar terbentuk daratan baru yang lebih luas. Sebab, letak geografis Belanda sebagian besar berada di bawah permukaan laut. Dengan perkembangan teknologi, sekitar abad 17 kincir angin digunakan juga sebagai sarana pembantu di bidang pertanian dan industri seperti memproduksi kertas, mengasah kayu, mengeluarkan minyak dari biji, sampai menggiling jagung. Jumlah kincir angin beberapa abad lalu sekitar 10.000 unit. di Zaanse Schaan terdapat 1000 kincir angin. Itulah yang membuat distrik Zaan dikenal sebagai kawasan industri tertua di dunia.
Namun pada tahun 1920, hanya tersisa 50 kincir angin. Gerakan untuk mempertahaankan kincir angin tradisional pun muncul. Masyarakat setempat kemudian membentuk komunitas De Zaansce Molen untuk melindungi kincir angin yang masih ada supaya tetap lestari demi generasi mendatang. Langkah itu membawa hasil. Sebagian kincir angin yang ada sekarang masih berfungsi serta menjadi objek wisata yang sangat menarik. Sebab, setiap orang yang berkunjung ke Belanda sudah bisa dipastikan akan mencari kincir angin.
Kebanyakan kincir angin yang tersebar di seluruh wilayah Belanda sekarang hanya berdiri sendiri atau hanya satu bangunan di suatu lokasi. Sementara kumpulan kincir angin yang masih bertahan hanya ada di dua tempat dan sudah menjadi objek wisata yang terpopuler di Belanda. Selain kawasan wisata yang dilestarikan atau dilindungi, Zaanse Schans di Provinsi Belanda Utara, komunitas lainnya berada di Kinderdijk di Provinsi Belanda Selatan.***
(963)
Ih keren banget ya… menawan hati mank negeri kincir angin laksana negeri dongeng dan cinta tertambat di atas kincir hihi
Jangan tertambat di atas kincir angin, nanti ikut berputar-putar. Pusing deh 🙂
Pemandangannya keren sekali, MasyaAllah!
Ga bosen-bosen baca kisah perjalanan bang Uma ini 🙂
Hehehe makasih bilang keren 🙂
TRima kasih juga kunjungannya. Semoga menginspirasi ya! 🙂
Kotanya adem banget..gak ada sampah satupun ya bang?..kapan bisa nyampe sini ya?
Ini desa. Adeeemmm banget. Gak ada suara kendaraan karena orang rata-rata pakai sepeda. Semoga secepatnya bisa berkunjung ya 🙂
berarti belanda ciri khas nya kincir angin keh bang ??
Iya, selain bunga tulip. Tapi yang paling otentik ya kincir angin karena tulip itu aslinya dari Turki 🙂
Duh…. jadi pengin Belanda lagi dan ke kampungnya, bukan Amsterdam… Ak gak sempat menikmati pedesaan yang begini ni….. Foto-fotonya keren abis Bang Uma…
Yuk telusuri desa-desanya. Ada juga desa lainnya yang sering dikunjungi orang Indonesia, namanya Volendam. Sampe artis pun suka ke sana.
fotonya berkisah banget ya 😀 apalagi tulisannya *ngences*
Hehe, iya. Suka banget moto di sini karena bebas, gak banyak orang kayak cendol meski ada beberapa rombongan turis dari China 🙂
ehm seandainya batam diterapkan bersepeda saja dan disediakan jalurnya. pasti adem anyem kendaraan bermotor di kurangi
Pasti enak banget bisa bersepeda keliling kota. Kalo di kota-kota besar di Eropa pengguna sepeda itu diistimewakan.
duh bisa sepedaan gini ditempat asik gini rasanya bener2 menikmati hidup
Iya banget. Mana penduduknya rata-rata pake sepeda jadi sangat nyaman dan bikin betah.
Duuuuh, asik banget bersepeda ditempat yang indah kayak gitu.
Iya banget, bersepada keliling desa ini nyaman banget karena jarang mobil. Liat aja penduduknya banyak yang bersepeda.
Haduh, spellingnya bikin belibet bang.
Hehe
Adem banget suasananya. Ngeliatnya betah.
Haha, spellingnya belibet tapi ucapinnya biasa aja 🙂
Ya saya suka banget suasananya!
Bangunan rumah di Belanda ini khas dan kalau bicara soal Belanda, saya selalu teringat kalau negara ini dibangun dengan membendung air laut.
Yup bener banget. Iya karena daratannya lebih rendah dari laut.
Belanda. wow keereen
Hehe, iya keren 🙂
Aduhh saya mau kesana juga nie Mei 2019 lagi googling intip-intip blog.
nginep dimana bro waktu di belanda hiii kepo ya….
Mei cuaca udah lumayan bagus tuh. Semoga ada cahaya matahari dan langit membiru supaya fotonya makin cetarr. Saya waktu di Amsterdam nginap di rumah teman.