Ada Pemecahan Rekor pada Festival Bahari Kepri 2016
Festival Bahari Kepri 2016 memang telah lewat. Tetapi banyak yang bisa diceritakan dan perlu diketahui dari kegiatan yang menjadi rangkaian Sail Karimata 2016 ini. Selama sepuluh hari, Festival Bahari Kepri diselenggarakan di ibukota Provinsi Kepri, Tanjungpinang. Mulai tanggal 20-30 Oktober.
Aksi Eco Heroes membuka Festival Bahari Kepri. Ribuan orang ikut serta melakukan perang melawan sampah di Tanjungpinang. Kegiatan dilakukan dalam Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona. Banyak orang-orang yang peduli lingkungan turut serta. Bahkan dari Batam.
Sehari kemudian, tensi kemeriahaan festival ini semakin meningkat. Tanjungpinang International Dragon Boat Race pemicunya. Event tahun ke-15 ini diikuti 41 peserta dari dalam dan luar negeri. Lomba dayung perahu naga itu dipusatkan di hulu Sungai Carang.
Tempat ini dipilih atas pertimbangan nilai sejarahnya. Hulu Sungai Carang dan sekitarnya sejak 341 tahun yang silam adalah denyut jantung Melayu Kepulauan Riau. Tidak hanya berperan sebagai pusat perdagangan, tetapi Sungai Carang juga menjadi imperium dan tempat istana-istana megah berdiri pada zaman kerajaan Johor-Riau-Pahang. Terbukti tak jauh dari tepian sungai terdapat reruntuhan istana kota piring.
Selam tiga hari, nostalgia keriuhan di hulu Sungai Carang dibangkitkan. Peserta lomba perahu dayung bahu membahu mencapai garis finish. Masyarakat berjejal di pinggiran sungai menyaksikan. Drone pun berseliweran di langit. Ketiganya menciptakan keriuhan yang tentunya berbeda dengan keriuhan yang terjadi lebih dari dua abad silam.
Saya tak menyaksikan semua itu secara langsung. Tetapi bisa merasakan dari tulisan-tulisan yang tayang, foto-foto yang viral di media sosial, dan mulut teman-teman yang bertutur. Kesempatan menyaksikan sendiri rangkaian acara Festival Bahari Kepri 2016, baru datang menjelang puncaknya.
***
Jumat, 21 Oktober 2016, Tepi Laut Tanjungpinang dan Anjung Cahaya, ramai meski jarum jam baru menunjukkan angka 9. Di pinggir laut, banyak orang berkerumun. Mereka membawa perahu jong dengan layar yang berwarna-warni. Hari itu, agendanya lomba perahu jong. Permainan tradisional masyarakat Melayu yang biasanya diselenggarakan disela-sela jeda musim melaut.
Perahu jong tidak dikemudikan orang karena bentuknya yang mungil. Tetapi hanya mengandalkan angin untuk menggerakkannya. Jadi pemilik perahu jong, harus ke tengah laut. Sebab garis starnya di tengah laut dan garis finish di tepi laut.
Begitu angin datang, perahu jong dilepaskan. Penonton di pinggir laut bersorak memberi semangat. Tidak dikemudian manusia, namun penonton tetap memberi sorakan. mengarahkan perahu perahu yang hendak keluar jalur. Semangat penonton benar-benar membara. Itulah uniknya lomba perahu jong.
Kemeriahan saat lomba perahu jong menular kala Kepri Fashion Carnival 2016 berlangsung sore harinya. Bahkan lebih meriah lagi. Manusia tumpah di Tepi Laut dan Gedung Daerah Tanjungpinang. Kali ini, acaranya dibumbuhi seremonial. Hadir kalangan pejabat, turis asing, dan undangan dari berbagai negara. Mereka adalah diplomat.
Kostum peserta Kepri Fashion Carnival menarik manusia untuk berdatangan mendekat. Bak semut menyerbu gula. Ibaratnya, panggung tempat pementasan adalah gula dan manusia yang berjubel adalah semut. Mereka tak peduli memunggungi pejabat dan turis yang tampak tak nyaman duduk di kursinya. Bagaimana mau nyaman? Ingin melihat kostum karnaval yang unik dan grande, malah mendapat punggung.
Ada 115 talent dari berbagai daerah di Kepri mementaskan kostum bertema bahari dan seni tradisional Kepri. Kreatifitas mereka patut diacungi jempol. Kostum itu mereka desain sendiri dan dikenakan sendiri. Bobotnya belasan hingga puluhan kilogram. Dikenakan selama acara berlangsung dan berparade di jalan. Usai pertunjukkan, saya menemukan talent yang tampak lelah.
Puncak Festival Bahari Kepri
Sabtu, 29 Oktober 2016 adalah puncak Festival Bahari Kepri. Pada puncak acara, bahkan sehari sebelumnya, sebanyak 90-an yatcher luar dan dalam negeri sudah bermain-main di halaman laut Kepri. Jumlah yatcher ini memecahkan rekor Sail Bunaken 2009 yang pernah menghadirkan 56 yachts.
Mereka memarkir kapalnya sekitar 300 meter dari laut Tanjungpinang. Sebab Kota Gurindam ini belum memiliki marina. Selama yatch diparkir, para turis ini menyaksikan berbagai acara yang disajikan selama Festival Bahari Kepri. Festival ini adalah rangkaian dari Sail Indonesia VIII tahun 2016.
Tak hanya yatcher, hadir pula Duta Besar 10 negara pada puncak Festival Bahari Kepri ini. Mereka adalah Dubes Inggris, Kazakstan, Vietnam, Irak, Ukraina, Yunani, Kolombia, Bulgaria, Libya, Pakistan, Armenia, dan Tiongkok. Menteri Pariwisata Arief Yahya juga hadir. Mereka duduk di teras Gedung Daerah Tanjungpinang yang menghadap Tepi Laut dan panggung.
Sementara masyarakat yang begitu antusias menyemut di jalan menuju Gedung Daerah hingga pinggir panggung. Untuk melangkah betapa sulitnya menembus kerumunan manusia. Tetapi kami punya ‘password’ sehingga dibolehkan masuk lebih dekat ke area panggung.
Seperti biasa, acara yang dihadiri pejabat pasti didahului acara seremoni dengan kata sambutan yang panjang lebar. Tak cuma satu pejabat yang menyampaikan pidato sambutan. Tetapi beberapa pejabat hingga berujung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Sebelumnya, puncak acara Festival Bahari ini dibuka dengan atraksi terjun payung dan fly pass. Satu persatu penerjun turun dan mendarat di Laman Boenda, Tepi Laut. Mereka membawa spanduk dan bendera Merah Putih. Ada pula paramotor yang menghiasi langit Tanjungpinang.
Jadi sejak pukul 15.00, masyarakat sudah disuguhi atraksi yang menarik. Itu pula yang membuat penonton yang tumpah ruah di Tepi Laut betah meski cuaca sempat terik lalu berubah mendung. Apalagi saat parade kostum carnival. Penonton sangat antusias. Meski sudah dipertontonkan sehari sebelumnya. Begitu pula saat pertunjukan tari.
Bahkan semakin panas dan meriah, kala tari zapin ditarikan ratusan orang secara bersama. Diiringi musik hiphop, tari Melayu ini begitu hidup. Suara riuh rendah seirama dengan rentak zapin. Mereka terus menari, seolah tak mau berhenti. Mereka baru mau berhenti saat senja sudah diujung.
Malamnya, kemeriahan di Tepi Laut semakin menjadi. Gedung Gonggong di Lama Boenda diresmikan. Secepat kilat, ikon baru wisata Tanjungpinang ini menjadi magnet pengunjung. Permainan dan tata cahaya yang mewarnai Gedung Gonggong menyihir masyarakat.
Di jembatan Tugu Raja Ali Haji Fisabililah, kembang api meluncur ke langit dan menghiasi malam. Selama beberapa menit, permainan kembang api ini memecah perhatian penonton. Sepanjang jalan Tepi Laut, manusia yang tadinya menyaksikan kemeriahan acara di Gedung Gonggong, beralih menyaksikan kembang api.
Lalu di laut, kapal hias berparade dengan lampu yang berwarna-warni. Bentuk hiasannya bermacam- macam. Ada 88 kapal hias melintasi alur Sungai Carang, Kampung Bulang, Tanjung Unggat, Gudang Minyak, Kampung Tambak, Senggarang, Penyengat, Pulau Paku, dan berputar lagi menuju ke Sri Payung. Parade kapal hias ini, nyaris berlangsung hingga tengah malam dan menutup puncak Festival Bahari Kepri.
Kegiatan lain pada Festival Bahari Kepri 2016 ini yakni, Pesta Kuliner 10 Kampung, Wonderful Kepri Expo, Fashion Show Busana Melayu dan Drumband Pelajar, Panggung Penyair, Parade Mobil Hias, Pawai Budaya dan Drumband Taruna AAU, Wonderful Indonesia Sailing, Sound from Motherland of Malay, Seminar Wisata Bahari dan Forum Investasi Pariwisata Bahari, dan Gala Dinner Festival Bahari Kepri.***
(334)
Boleh lah passwordnya dipinjam…hehe
Tulisan yg menarik..tfs
Hahaha, password-nya ya Blogger Kepri. Itulah untungnya bergabung komunitas 🙂
sukses lah acara FBK nya…meriah eiii
Iya meriah banget. Tapi turis yang datang masih turis minat khusus 🙂