Perjalanan Padang-Bukittinggi: Nikmati Keindahan Ngarai Sianok

Perjalanan Padang Bukittinggi
Kereta kuda di Bukittinggi.

Saya sudah beberapa kali mengunjungi Sumatera Barat, khususnya Padang. Tetapi tidak pernah untuk tujuan khusus bertualang. Kesempatan itu pun datang kala diajak menjajal ketangguhan Terios dari Padang ke Bukittinggi. Perjalanan Padang-Bukittinggi ini menjanjikan keseruan karena ramai-ramai.

Petualangan pun dimulai dari Padang. Pukul 10.10 Wib, kami berangkat dengan beringin-iringan mengendarai mobil Terios. Dalam perjalanan menuju Bukittinggi, kami singgah mencicipi kuliner khas Sumatera Barat. Jadi tidak hanya menikmati keindahan alamnya tetapi juga kulinernya yang terkenal enak di rumah makan Lembah Segar di Lubuk Basung. Sesuai namanya, udara di tempat ini benar-benar segar karena dilingkupi gunung yang hijau dengan sungai yang jernih. Udara yang segar dan pemadangan yang indah mengobati tubuh yang sedikit lelah setelah menempuh perjalanan dari Padang.

Selepas menikmati kuliner khas Sumater Barat, perjalanan Padang-Bukittinggi dilanjutkan menuju Danau Maninjau. Bentangan gunung dan hamparan sawah, sajian alam yang mendominasi sebelum sampai di Danau Maninjau. Lalu perjalanan berhenti sejenak untuk menikmati ketenangan Danau Maninjau. Danau vulkanik yang terletak di Tanjung Raya, Kabupaten Agam, ini menyajikan panorama yang indah meski hari itu mendung. Danau seluas 99,5 kilometer persegi dengan kedalaman mencapai 495 meter ini merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia.

Danau Maninjau.

Usai istirahat sejenak sembari menikmati minuman hangat dan pisang goreng keju, perjalanan dilanjutkan. Perjalanan semakin menantang selepas Danau Maninjau. Sebab, jalan yang menanjak dan berkelok harus dilalui. Medan yang dilalui melewati 44 kelokan. Dikenal dengan nama Kelok 44. Ada yang unik dengan kelokan ini. Pasalnya, orang yang belum tahu tentang Kelok 44 sering salah persepsi sehingga sering ada yang menghitungnya setiap melalui tikungan. Jadinya bukan angka 44 yang didapat, tetapi hampir seratus.

”Nanti ada tandanya mulai dari kelok satu sampai kelok 44, jadi jangan dihitung setiap menemui tikungan,” jelas Ikhwan, teman asli dari Padang.

Benar saja, kelokan ditandai dengan angka. Awalnya kepala sempat puyeng karena jalan yang mulai berkelok-kelok dengan tikungan yang tajam dan menanjak. Tetapi keindahan Danau Maninjau dari atas gunung mengobati rasa pusing tadi. Mobil pun terus melaju melalui jalan yang semakin tinggi. Fitur keamanan yang komplit membuat kami yakin memacu kendaraan meski medan yang dilalui relatif berat. Kami akhirnya melewati pegunungan yang menantang dan tiba di Bukittinggi saat senja. Karena kecapean, kami langsung istirahat di hotel dan makan malam.

Perjalanan Padang-Bukittinggi
Kota Bukittinggi dengan latar Gunung Marapi.

Hari kedua, barulah menikmati keindahan Bukittinggi yang berudara sejuk. Jam Gadang di pusat kota, Lubang Jepang dan Ngarai Sihanok yang terkenal indah itu tujuan utama. Jam Gadang adalah menara jam yang menjadi ikon Bukittinggi. Terdapat empat jam dengan diameter masing-masing 80 sentimeter pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda, melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat dua unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris.

Kalau di London namanya Big Ben, naha di Bukittinggi namanya Jam Gadang.
Kalau di London namanya Big Ben, nah di Bukittinggi namanya Jam Gadang.

Dari Jam Gadang, kami menuju Ngarai Sihanok. Lembah yang membentang sepanjang 15 kilometer dengan lebar sekitar 200 meter. Kedalaman jurangnya sekitar mencapai 100 meter. Sepanjang mata memandang, Ngarai Sihanok ini sangatlah menawan. Di sisi kirinya terdapat tebing-tebing dan hutan-hutan serta sungai kecil. Di bagian kanannya, terdapat persawahan, jalan raya, dan rumah penduduk. Sementara Lubang Jepang yang berada di dalam perut Bukittinggi menyajikan terowongan yang merupakan bunker perlindungan tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang tahun 1942. Kami melalui terowongan yang lebarnya dua meter. ”Panjang terowongan ini mencapai 1.400 meter,” kata pemandu wisata Lubang Jepang.

Perjalanan Padang-Bukittinggi
Ngarai Sianok.
Perjalanan Padang-Bukittinggi
Ada saung atap gonjong di Ngarai Sianok.
Minum jus buah naga sembari menikmati pemandangan Ngarai Sianok.
Minum jus buah naga sembari menikmati pemandangan Ngarai Sianok.

Puas menikmati Bukittinggi seharian, perjalanan Padang-Bukittinggi berlanjut. Namun kali ini adalah perjalanan kembali ke Kota Padang melalui rute yang lain. Rasanya puas dan ingin bertualang lagi. ***

(1061)

3 Comments

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.